Roadshow JNB Festival 2024, Film “Noise is Serious Shit” diputar di Kota Mataram

Poster screening film Noise Is Serious Shit di Mataram (20/02/2023). 

Blitzkrieg Oparation bersama East Warrior memfasilitasi screening film Noise Is Serious Shit pada 20 Februari 2023, di Art Masterpiece Of Coffee, Kota Mataram. Film ini menjadi bagian dari roadshow Jogja Noise Bombing (JNB) Festival 2024 yang akan digelar pada 4-5 Mei 2024. 

Acara ini akan (((diberisikan))) dengan penampilan A.o.D (Art Of Distraction) salah satu unit musik eksperimental asal Kota Mataram, yang lolos kurasi di JNB nanti.

A.o.D lolos kurasi dari puluhan partisipan dari berbagai negara untuk tampil di JNB 2024 di Yogyakarta. “Aku lolos kurasi. Sistemnya open submission gitu. Ada sekitar 90 partisipan dari 27 Negara dan ternyata aku lolos kurasi. Kalau nggk salah ada sekitar 30 an yang tampil. 30 yang lolos kurasi dan salah satunya aku”, ungkap Reza Ashari, A.o.D via percakapan WhatsApp (20/02/2023). 

Akun Instagram A.o.D (Art Of Distraction) yang tampil di screening film Noise is Serious Shit di Kota Mataram. 

Sementara, film ini  menceritakan tentang geliat skena noise di Jogja ini disutradarai Hilman Fathoni, seorang pelaku noise dengan nama panggung lumayan banyak mulai DJ MO)))dara sampai Palasick. Bulan Oktober 2023, Noise Is Serious Shit dibawa oleh Indra Menus untuk melakukan screening perdana-nya di gelaran Gamut Labyrinth event di Zurich (Swiss).

Sekembalinya dari Swiss, Indra Menus dan Hilman Fathoni sepakat untuk melakukan tour screening film ke beberapa kota sebagai bagian dari road to Jogja Noise Bombing Festival 2024. 

Mengingat jarak yang cukup lama sejak kemunculan Bising, film dokumenter tentang orang yang memainkan musik noise di Indonesia, Hilman pun mulai berpikir untuk membuat film dokumenter lanjutan. Dipilihlah Yogyakarta sebagai lingkup kota yang akan dibikin dokumentasi-nya.

Tahun 2014 – 2015 dimulailah proses wawancara beberapa musisi di Kota Pelajar mulai dari Ari Wulu, Rully Shabara (Senyawa), Sony (Seek Six Sick), Indra Menus, owner label Wok The Rock,  juga perakit synthesizer Ucok (Lifepatch), Lintang (Kenali Rangkai Pakai) dan lainnya. Materi wawancara  ini kemudian digabungkan dengan footages penampilan para pelaku noise.

Proses editing film yang dimulai awal 2016 pun sempat terbengkalai karena Hilman pindah kerja ke Jakarta. Versi awal film yang diberi judul Jogja Noise: The Movie ini masih berdurasi 75 menit, tanpa judul dan belum ada transkripnya. Pada bulan Mei 2016, versi awal film ini sempat diputar di event Persami Experimental yang digelar Jogja Noise Bombing di Watu Lumbung. 

Pada Jogja Noise Bombing Festival 2020 di Loops Station bersama beberapa film pendek lainnya, film dokumenter ini mengalami perubahan judul menjadi Noise is Serious Shitsebuah ungkapan yang dilontarkan oleh salah satu dedengkot noise Jogja, Krisna Widhiatama (Sodadosa) yang mencerminkan keseriusan para pelaku noise ini.

Video Treser Noise is Serious Shit

Jogja menjadi ekosistem subur pelaku musik noise berkembang dan juga dikenal sebagai tempat laboratorium bermusik mampu menyediakan wahana bagi para musisi-nya untuk eksplorasi menabrak batas. Selain dua diatas ada juga para pelaku noise yang bergabung di komunitas semacam Jogja Noise Bombing.

Sebagai salah satu kolektif yang memperkenalkan noise ke masyarakat awam dengan gerakan noise bombing dan festival tahunannya, Jogja Noise Bombing banyak mewadahi pelaku noise untuk saling berjejaring di tingkat global.

Baca Juga: Jogjasonicindex: Situs Web Arsip Musik Experimental-Elektronik di Jogja yang Bikin Melongo

Selain mereka, skena noise di Jogja sudah ada dan berkembang sebelumnya. Mulai dari duo SKM yaitu Ari Wulu dan Jompet yang sudah aktif dari pertengahan tahun 90an, juga grup Asian noise rock Seek Six Sick yang lahir di akhir era 90an dan menjadi influence signifikan di lingkup skena noise. Fakta menarik ini dipaparkan dalam rilis acara ini. 

Tahun 2023, Hilman Fathoni yang kembali menetap di Jogja memutuskan untuk bekerja sama dengan Yudhabrit sebagai editor film tersebut untuk kemudian memotong durasi-nya menjadi 62 menit dan menambahkan subtitle bahasa Inggris.

Rencananya film ini akan menjalani screening 31 kota di Indonesia, Malaysia, Singapura, Inggris, Jerman, Thailand, Belanda dan Hong Kong antara 15 Februari – 3 Mei 2024.