The Dare, Band Perempuan Pertama di Lombok Rilis Mini Album Piringan Hitam, Dengarkan Sekarang!

SELASWARA.COM — The Dare, band twee pop asal Lombok, menutup tur 6 kota 7 titik mereka dengan menggelar acara “TWIRL GO-Round: Hearing Session Tour” untuk mini album terbaru mereka, “369 Day”, di Kanyu Cafe & Space, Kota Mataram, pada Sabtu (6/1/2023) pukul 19.00 WITA.

Ujung TWIRL GO-Round: Hearing Session Tour Sumber: The Dare

Dengan berakhirnya tur ini, The Dare menjadi band perempuan pertama yang mempelopori rilisan piringan hitam di Pulau Seribu Masjid.

Puluhan orang peserta mendengar semua track dalam suasana tenang dengan lampu temaram. Menjadi pengalaman yang intim dalam menikmati musik bersama. Album mini terbaru The Dare, 369 Days, berisi 8 lagu, yaitu: “White Sand”, “Sunburn”, “Slanky Fools”, “Days”, “Yes Sir!”, “BLA BLA BLAH”, “Hello Mama”, dan “Jealous Sky”. Lagu-lagu dalam album ini mengusung gaya musik yang beragam, seperti glam, chamber pop, dan sunshine pop. 

Lampu mulai benderang, masuklah kita pada sesi diskusi mini album ini. Moderator membuka diskusi dengan pertanyaan pertama. Kenapa The Dare merilis Vinyl atau piringan hitam?

Manager The Dare, Timmy saat membuka sesi diskusi. Ia bercerita bahwa merilis piringan hitam untuk mendengarkan pengalaman dengan kualitas musik terbaik. 

Timmy juga mendapatkan kabar dari temannya yang bekerja sebagai pengarsip di iramanusantara.org bahwa The Dare menjadi band perempuan pertama di Lombok yang merilis piringan hitam.

Disisi lain, Desita (drummer)  bercerita bahwa, pencapaian The Dare adalah saat dia mampu merilis vinyl. “Pencapaian rilisan itu vinyl”, sautnya. Desi menyumbang tiga lirik pada album ini. 

Perlu diketahui piringan hitam Diproduksi dan didistribusikan di Indonesia oleh Mastersound dan PHR.

Cover Mini Album Piringan Hitam  369 Day

Pesan Mini Album 369 Day dan Lika-Liku

Meigali (bassis) bercerita tentang tema mini album “369 Day” bercerita tentang kehidupan personal. “Tema-tema personal (dalam album ini), soal ibu, pacar, hingga kehidupan dan kematian,” jelasnya.

The Dare sangat peka pada isu kemanusian. Misalnya pada track “BLA BLA BLAH” Desita bercerita ini soal tragedi Kanjuruhan yang tidak tegas dalam penegakan hukum. “Kita ingatlah yang disalahkan malah angin waktu itu,” terangnya. 

Kemudian Riri (vokalis, gitaris) bercerita tentang lirik pertama yang ditulis “Jealous Sky” yang mengisahkan sejoli yang menahan emosi hingga ingin memukulnya, tapi ia memilih menciumnya, seakan membuat langit cemburu dengan mereka. “Ingat jangan mukul! Mukul itu disini (lagu) kayak analogi aja ya. “Jealous Sky”, dipengaruhi lagu John Lennon “Jealous Guy”, terangnya. 

Seperti judul albumnya 369 Day adalah perjalanan satu tahun The Dare yang penuh lika-liku. Mini Album ini perjalannya tak selancar yang hanya dilihat.  Desi bercerita ada Dua Fase dalam musik ini, saat ada  Yollanang (gitaris) dan tidak adanya  Yollanang. Ia bercerita  ” Halo Mama” dan “White Sand”  Yollanang sendiri memainkan gitar sebab dalam hamil tua. 

Respon Peserta Pada EP 369 Day di Lombok

Para peserta mengaku lagu yang relate dengan kehidupan mereka. Fajri, mengatakan lagu “Yes Sir” relite dengan perasaanya karena saat itu sang ayah mangkat. “Saya sempat berkaca-kaca mendengarnya waktu itu,” ungkapnya.

Sementara dalam teknis musik, Kemal mengatakan pada lagu “Days” sound gitarnya terdengar lebih eksploratif dari sebelumnya. 

Timmy mengatakan  dari 500 piringan hitam “369 Day”, tersisa tinggal 80 Pieces hingga diujung TWIRL GO-Round .Album mini “369 Days” dirilis dalam bentuk vinyl dan kaset pita dan belum masuk ke Platform Streaming Digital. Ada bocoran katanya akan rilis EP ke-1 dengan format piringan hitam tahun ini.