Sidzia Madvox si Vokalis Jogang Bakal Beri Banyak Kejutan di Tahun 2024

SELASWARA.COM — Sidestrya Yudhistira namanya. Ia merupakan musisi asal Mataram yang telah melahirkan banyak karya orisinal. Selain piawai menggenjreng gitar, Sidzia ternyata memiliki bakat lain dengan melahirkan banyak karya seni. Diantara karya-karya lain Sidzia tersebut terdapat novel, komik, lukisan, mural, dan desain. Tampaknya, darah seni sudah mengalir jauh dalam diri Sidzia Madvox.

Namun, jauh sebelum publik mengenalnya sebagai Sidzia Madvox, ia lebih dahulu bermain bersama beberapa band. Mulai dari On-Off band, Nyem-nyeman, hingga Rebelglad. Kini, Sidzia memilih untuk bersolo karir. Bersama manajemen barunya, kini ia tengah sibuk menggarap novel grafis dan album penuh yang rencananya akan dirilis di tahun ini..

Asal-Usul Nama Madvox

Nama Madvox yang ia gunakan di belakang namanya ternyata memiliki cerita tersendiri. Sidzia Madvox mengatakan bahwa nama itu berasal dari julukan yang didapatkan ketika masih aktif di band  sebelumnya. Ia mengaku bahwa penampilannya waktu itu begitu ‘gila’ hingga salah seorang penonton menyebutnya sebagai vokalis jogang atau vokalis gila.

“Ya, mungkin beberapa tahun yang lalu itu penampilan saya lebih gila ya dari yang sekarang-sekarang. Kalau dulu, ‘tidak sopan’ ya, artinya kesana-kemari pecicilan, kalau sekarang ini masih mending. Sehingga saya dijuluki vokalis jogang waktu itu. Vox itu vokalis, mad itu kegilaan, jadi Sidzia Madvox,” ujarnya.

Sidzia Madvox juga bercerita tentang kegilaannya di atas panggung, seperti buka baju, mabuk, lupa lirik, naik panggung kesana-kemari, loncat sana loncat sini, kadang nggak pakai sepatu alias nyeker, bahkan sampai muntah di panggung. Ia mengatakan bahwa itu adalah bagian dari ciri khasnya sebagai musisi.

“Bagaimanapun, itu juga bagian dari diri saya. Saya juga gak mau meniru orang lain. Saya mau jadi diri saya sendiri,” katanya.

Novel Grafis Friska and The Lee

Rencananya, Sidzia akan meluncurkan salah satu novel grafis yang sedang dikerjakan berjudul “Friska and The Lee.” Novel grafis ini bercerita tentang seorang wanita muda yang hijrah ke kota Mataram setelah bosan dengan rutinitasnya di Ibukota Jakarta. Di sana, ia menemukan tempat baru yang selama ini belum pernah dikunjungi.

“Novel grafis ini rencananya akan dirilis awal tahun antara Januari atau Februari. Dan format digital juga ada. Jadi bisa dibaca di gadget atau laptop,” kata Sidzia Madvox.

Sidzia Madvox mengaku bahwa ia sudah lama menulis novel, namun baru tahun 2023 ia bisa merilis novelnya secara independen. Sebelumnya, ia telah menulis dua buku cerita, yaitu “Ya Ampun” yang dirilis tahun 2022 dan novel “Di Balik Jaket Lusuh” yang dirilis tahun 2023. Selain itu, ia juga telah merilis enam komik yang tak kalah menghibur. Kesemua karya Sidzia bisa didapatkan di Madvox Store di Instagram maupun dari Sidzia langsung.

“Alasan saya menulis buku adalah karena saya suka membaca novel-novel, terutama yang bergenre romance. Kalau di musik, saya menulis lagu-lagu yang mungkin gak bisa dituangkan dalam cerita yang begitu luas. Sedangkan, lagu saya adalah rangkuman dari peristiwa yang pernah saya alami maupun yang diceritakan orang lain yang akhirnya dirangkum menjadi lagu. Sedangkan buku yang saya buat, seperti “Ya Ampun” ini adalah cerita masa lalu saya yang dulu-dulu,” ungkap Sidzia.

Album Penuh dengan Unsur Etnik

Selain novel grafis, Sidzia Madvox juga sedang mempersiapkan album penuh yang akan melibatkan beberapa musisi di Lombok. Sidzia Madvox mengatakan bahwa album ini akan memiliki warna musik yang berbeda dari karya-karyanya sebelumnya.

“Rencananya mau melibatkan beberapa musisi yang ada di Lombok dengan musik yang agak berbeda, dipadukan dengan instrumen yang selama ini belum pernah saya gunakan. Jadi warnanya mungkin agak sedikit berbeda dari karya yang pernah saya buat,” ujarnya.

Sidzia menyebut beberapa musisi yang kemungkinan akan terlibat dalam albumnya, seperti Chandra Irawan, gitaris Lombok Ethno Fusion dengan gitar double neck andalannya. Sidzia Madvox mengaku tertarik untuk membuat beberapa lagu pada albumnya nanti yang memiliki unsur etnik.

“Mungkin gak 100% etnik. Cuma, ada beberapa instrumen yang mengarah ke sana sehingga lagu itu terdengar etnik atau memiliki warna etnik. Rencana yang akan saya buat ini musiknya mungkin agak berbeda dari Sidzia Madvox yang sebelumnya,” tuturnya.

Proses Kreatif dan Inspirasi

Sidzia Madvox mengungkapkan bahwa proses kreatifnya dalam membuat musik tidak selalu mulus. Ia mengakui bahwa karya-karyanya yang sebelumnya masih mentah dari segi teknis, yakni belum melalui tahapan mixing dan mastering. Namun, ia tetap mencetaknya secara fisik sebagai gambaran awal dari lagu-lagunya.

“Itu sebagai gambaran saja. Jadi suatu saat, mungkin akan saya rekam kembali lagunya. Itu karena saya sudah memiliki gambaran tentang lagu tersebut. Jadi cukup mudah untuk mengaransemen kembali lagu itu,” ungkapnya.

Sidzia Madvox juga bercerita tentang lagu-lagu yang ia dengarkan dan yang menjadi inspirasinya dalam berkarya. Ia mengatakan bahwa ia suka dengan musik-musik era ‘90an dan awal 2000an, misalnya saja band grunge Nirvana, juga band rock tanah air /Rif.

Mengenai lagu-lagunya, Sidzia Madvox juga mengatakan bahwa lagu-lagunya kebanyakan berasal dari pengalaman pribadi maupun dari cerita orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia merasa tidak ada beban dalam menulis lirik, karena bisa menyalurkan emosinya melalui musik.

Ia berharap bahwa musiknya bisa dinikmati oleh banyak orang dan tidak terpaku dengan label indie atau mainstream.

“Saya gak mau terjebak dalam istilah indie atau mainstream. Saya cuma mau berkarya sesuai dengan apa yang saya suka dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Saya juga gak mau terpaku dengan genre tertentu. Saya suka bereksperimen dengan berbagai genre, mulai dari rock, pop, jazz, hingga etnik,” pungkasnya.

Kejutan di Tahun 2024

Di tahun 2024, Sidzia Madvox tidak hanya akan merilis album barunya, tetapi juga beberapa proyek seni lainnya. Ia berencana untuk mengadakan pameran lukisan yang telah lama tertunda, merilis komik terbaru yang berwarna, dan novel grafis Friska and The Lee. Di tahun ini, ia akan fokus ke dunia seni rupa dan buku-buku. Namun tidak menutup kemungkinan, semua itu berjalan beriringan dengan musik.

“Friska and The Lee ini rencana akan dirilis dan komik terbaru itu versi berwarna juga. Rencana pameran lukisan yang sudah tertunda sekian tahun, dan tentu saja musik,” katanya.

Sidzia Madvox menutup wawancaranya dengan memberikan pesan kepada para pembaca novel dan pendengar musiknya. Ia mengatakan bahwa musik adalah media untuk bersosialisasi dan berkarya, dan hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai media. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan yang diberikan kepadanya.