SELASWARA — Di sebuah sore yang samar di Mataram, dentum motor mendominasi jalan, orang-orang tenggelam dalam obrolan soal cuaca, harga cabai, dan deret playlist pop cepat saji di ponsel. Di sudut ini, dentuman Britpop Rock barangkali tak lagi akrab.
Namun, di sebuah ruang rekam yang sederhana, Vee Nhavan menolak sunyi. Ia merekam ulang apa yang dulu pernah padam: Renjana Semula.
Dirilis secara digital pada 8 Juni 2025, Renjana Semula bukan sekadar album penuh pertama Vee Nhavan setelah bertahun-tahun menelurkan single lepas.
Album berisi sepuluh trek ini adalah perayaan kecil seorang petarung yang tak pernah benar-benar pergi — sebuah cara untuk membunyikan ulang gairah, keberanian, dan renungan yang ia rawat sejak remaja.
“Renjana Semula adalah pengingat. Ia bicara soal gairah, keberanian bertarung, tapi juga kesadaran untuk merunduk, merenung,” kata Vee Nhavan, suatu kali, dalam rilis pers.
Menjadi Petarung Sekaligus Perenung
Di album ini, Vee menghidupkan kembali nomor-nomor lama — beberapa lagu ditulis sejak 2007, ada pula yang sempat mengudara di 2022 — kini dirangkai ulang bersama dua trek baru: Pertaruhan Pertarungan dan Menjadi Raja.
Ia tidak sendiri. Yuga Anggana memegang gitar elektrik, bass, dan sequencer; Lalu Damar Wanggih menyalakan drum dan proses mixing-mastering di Laludvmr Audio.
Hasilnya: komposisi musik yang tetap setia pada napas Britpop Rock, dengan aksen Rock and Roll yang menjadi denyut nadi Vee sejak masa SMA.
Di satu sisi, Renjana Semula terdengar lantang, penuh riff gitar yang gagah, seperti seorang petarung di arena ring. Di sisi lain, ada ruang-ruang sunyi di mana kata-kata lirih menggantung — menampakkan sosok perenung yang tak takut membongkar hal-hal eksistensial.
Apa Gunanya Merangkai Ulang yang Lama?
Bagi sebagian orang, merekam ulang karya lama barangkali terasa seperti menyalakan lilin di siang bolong. Bukankah dunia sudah bergerak cepat? Lagu-lagu lahir, viral, lalu terkubur di algoritma.
Tapi bagi Vee Nhavan, Renjana Semula adalah cara untuk mengingat jalan pulang — merawat nyala di tengah kebisingan.
Fenomena merangkai ulang karya bukan milik Vee seorang. Di kancah indie Indonesia, band seperti Efek Rumah Kaca atau White Shoes & The Couples Company pun pernah merilis versi remaster lagu-lagu yang dulu hanya beredar terbatas.
Seringkali, ia bukan hanya soal kualitas audio, melainkan hak untuk merebut lagi memori. Renjana Semula menempuh jalan serupa: memberi pembacaan baru pada trek-trek lama, memperkenalkan mereka pada telinga baru, dan membisikkan pada penggemar lama bahwa: “Aku masih di sini.”
Sekilas Tentang Vee Nhavan
Nama Vee Nhavan barangkali sudah tidak asing di lingkaran musik Mataram. Solois bergenre Britpop Rock ini merangkai perjalanannya sejak SMA. Semasa kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta, ia pernah bergabung dengan Posster dan Celtic, dua band yang menuntunnya pada banyak panggung.
Nhavan, nama yang dulu ia sematkan pada proyek duo bersama almarhum Dhimas, kini ia bawa sendiri sebagai bendera solo. Album Kenali Aku (2007) dan Koma Tanpa Titik (2014) menjadi penanda perjalanan itu.
Di luar panggung, Vee mendirikan V3E Management — wadah rekaman, manajemen talenta, sekaligus pengingat: musik bukan sekadar bunyi, melainkan pergerakan kecil yang harus dihidupi.
Didengar, Dibagi, Dihidupi
Album ini kini bernafas di berbagai platform digital. Bagi penggemar lama, Renjana Semula adalah sapaan nostalgia. Bagi telinga baru, ini pintu kecil menuju bunyi Britpop Rock yang jarang lagi singgah di kepala orang Mataram.
Barangkali, di antara dentum motor yang lewat, kamu bisa mendengar riff gitar yang menuntun pulang pada satu hal: renjana.
Dengarkan Renjana Semula di platform musik digital favoritmu.
Ikuti Vee Nhavan di Instagram: @vee.nhavan
Info & manajemen: @v3emanagement | v3emanagement134@gmail.com | 0813-3976-4944
Renjana Semula tak hanya bisa didengar — ia juga bisa dirasakan melalui rangkaian foto promo. Dalam satu bidikan, Vee berdiri tegak dengan gitar terayun di pinggang: pose petarung yang siap meninju sunyi. Dalam bidikan lain, Vee menunduk, sorot lampu redup — seolah ia membisikkan sesuatu pada dirinya sendiri: “Sudahkah kau pulang ke renjana yang semula?”




