Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
Aksi The Dare saat membentangkan poster bertuliskan #DAGOELOSNEVERLOSE dan #DAGOELOSMELAWAN. Foto: instagram/mhmdhaeru
Aksi The Dare saat membentangkan poster bertuliskan #DAGOELOSNEVERLOSE dan #DAGOELOSMELAWAN. Foto: instagram/mhmdhaeru

Bertahan adalah cinta terliar

Senartogok
 Aksi The Dare saat membentangkan poster bertuliskan #DAGOELOSNEVERLOSE dan #DAGOELOSMELAWAN. Foto: instagram/mhmdhaeru
Aksi The Dare saat membentangkan poster bertuliskan #DAGOELOSNEVERLOSE dan #DAGOELOSMELAWAN. Foto: instagram/mhmdhaeru

Kepal tangan di udara dan banner bertuliskan #DAGOELOSNEVERLOSE terbentang saat The Dare manggung di Samalas Fest. Peristiwa ini terekam dalam postingan resmi media sosial mereka pada 30 Agustus 2023. Skena Pop Tropis Darling asal Lombok ini memang acap bersuara  tentang perempuan harus bebas dari pelecehan seksual di konser. Namun, ini kali pertama mereka bersolidaritas tentang perampasan ruang hidup. 

“Untuk teman-teman yang jauh di sana, mari kita kirimkan doa dari dataran tertinggi pulau ini [Sembalun]. Untuk teman-teman Dago Elos yang berkumpul, yang bertahan dalam perampasan ruang hidup. Tetaplah bertahan karena selalu ada cahaya yang menerangi gelap!”,  seru Desita (Drummer) di balik drumnya dengan suara bergetar. Sementara Riri (vokal dan gitar) dan Timmy  membentangkan banner #DAGOELOSNEVERLOSE dan Meigali (basis) dan Timmy (gitaris) membentangkan banner #DAGOELOSMELAWN. Sikap mereka ini disambut positif oleh nitizen pada kolom komentar mereka. 

Konteks Perlawanan Dago Elos

Penolakan warga Dago Elos terhadap gugatan hukum keluarga Muller dan PT Dago Inti Graha yang mengaku sebagai ahli waris pada 2016 merupakan awal dari perlawanan mereka. Gugatan tersebut mempermasalahkan tanah yang sudah dihuni warga Dago Elos selama beberapa generasi.

Dalam gugatan tersebut, warga dikalahkan oleh keluarga Muller dan PT Dago Inti Graha. Mereka menggugat sebidang tanah waris era kolonial seluas 6,9 hektar yang berdasar kepada surat eigendom verponding bernomor 3740, 3741, dan 3742. Hukum tersebut seharusnya sudah tak berlaku lagi sejak Indonesia merdeka dan lahirnya UU Pokok Agraria 1960 serta Keppres 32/1979.

Dengan demikian, perlawanan warga Dago Elos merupakan bentuk penolakan terhadap upaya penggusuran dan kriminalisasi terhadap mereka.

Yang baru-baru viral adalah saat warga Dago Elos, Bandung, memblokade Jalan Dago sebagai bentuk protes atas penolakan laporan mereka terkait dugaan penipuan kepemilikan lahan pada 14 Agustus 2023. Polisi kemudian membubarkan paksa aksi tersebut, yang memicu bentrokan antara warga dan aparat. Dalam bentrokan tersebut, polisi menembakkan gas air mata ke arah warga, termasuk ke arah pemukiman warga.

Perlawanan Kreatif  Warga Dago Elos Mempertahankan Ruang Hidup 

“Tidak ada ide kreatif dari Ridwan Kamil dan timnya untuk melindungi hak warga atas tanah mereka. Malah, secara kreatif – dan tanpa APBD- warga Dago Elos terus berupaya untuk mempertahan ruang hidupnya, ” mengutip Trimurti.di (11/01/2023). 

Di  tengah upaya penggusuran tersebut, warga Dago Elos terus berupaya untuk menghidupkan ruang hidupnya. Mereka melakukan berbagai kegiatan kreatif, baik secara mandiri maupun dengan dukungan dari masyarakat sipil.

Salah satu kegiatan kreatif yang dilakukan warga Dago Elos adalah Festival Kampung Kota 1 yang diselenggarakan pada tahun 2022. Festival tersebut melibatkan banyak unsur solidaritas warga Bandung maupun di luar Bandung.

Tujuan dari festival tersebut adalah untuk menunjukkan geliat aktivisme warga sekaligus menghidupkan ruang publik yang terus digempur upaya penyekatan sosial dan perampasan lahan.

Selain itu, warga Dago Elos juga membuat sebuah film pendek berjudul “Dago Elos Never Lose!”. Film tersebut dibuat oleh sekelompok mahasiswa dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Film dokumenter tersebut berdurasi 28 menit dan merangkum deskripsi ruang hidup dan memori kolektif warga Dago Elos secara dialogis. Film ini juga menjadi catatan aktivisme visual warga Dago Elos.

Warga Dago Elos terus berjuang mempertahankan ruang hidupnya dari ancaman penggusuran. Mereka melakukan berbagai kegiatan kreatif, baik secara mandiri maupun dengan dukungan dari masyarakat sipil hingga tulisan ini dipublikasikan.