Di Luar Jendela berkolaborasi dengan Artmel Semarakan Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya di Angka 7

Pringgasela, 28 September 2023 – Suasana panggung Alunan di Lapangan Mopra Pringgasela berubah menjadi panggung seni yang meriah pada sore dan malam hari. Dua komunitas seni, Di Luar Jendela dan Artmel, berkolaborasi menggelar berbagai pertunjukan yang menghibur para penonton juga pengunjung UMKM di tempat tersebut. Mulai dari seni tari tradisi dan kontemporer, penampilan musik dari beberapa musisi Lombok, hingga pemutaran film pendek “Jamal”, semua disajikan dengan penuh semangat dan kreativitas.

Di Luar Jendela dan Artmel adalah komunitas seni yang aktif di Lombok Timur. Mereka menjadi wadah bagi para musisi indie untuk menampilkan karya-karya mereka dengan percaya diri. Kamis sore, komunitas SGDC Lotim menampilkan tari kontemporer yang ditenun dengan Secret Dance yang menampilkan tari tenun yang menggambarkan keindahan dan kekayaan budaya Lombok. Usai penampilan dance, Soloist Zaki Kartana tampil untuk menutup sesi sore.

Salah satu acara yang menarik perhatian pengunjung adalah pemutaran film pendek “Jamal”. Film ini bercerita tentang tragedi seorang TKI yang meninggal di tempat perantauan. Film ini mengangkat isu sosial yang penting dan menyentuh hati para penonton. Diputar selepas matahari terbenam, di bawah terang bulan kala surup.

Acara puncaknya adalah penampilan musik yang dimeriahkan oleh Pe Wira, Sejoli Pelvist, Oxygen Band, Second Choice, Alfian Bakti, dan DJ Risk Choice yang menghentak pengunjung untuk melepaskan tubuhnya berekspresi dengan bergoyang dan berdendang di panggung Alunan Budaya. Mereka semua membawakan lagu-lagu yang menggugah jiwa dan membuat pengunjung bergoyang dan bernyanyi bersama. Panggung Alunan Budaya menjadi saksi betapa hidupnya semangat seni dan budaya di Desa Pringgasela Raya.

Ambon, salah satu konseptor Di Luar Jendela X Artmel, mengapresiasi pagelaran Alunan Budaya Desa dengan menunjukkan kekayaan budaya yang meliputi kearifan lokal, akulturasi, dan budaya modern lokal, serta menjadi bentuk apresiasi dan penghargaan bagi para penenun dan pemuda Pringgasela.

“Alunan Budaya ke-7 makin ke sini makin terlihat marwah budayanya, terlihat dari alunan-alunan budaya yang ditata rapi dari tanggal 22 September hingga Acara puncak. Mulai dari kearifan lokal dengan mengangkat harkat dan martabat para penenun,” kata Ambon.

Ia juga turut bangga dengan ruang yang diberikan kepada komunitas lokal untuk tampil di panggung Alunan Budaya sebagai bentuk selebrasi untuk ditunjukkan kepada Indonesia.

“Memberikan wadah kepada budaya-budaya modern lokal dari komunitas-komunitas yang ada di Lombok timur, hingga menuju acara puncak merupakan bentuk selebrasi usaha dan pengkristalan keringat-keringat para pemuda Pringgasela untuk menunjukan kepada Indonesia, bahwa Pulau Lombok juga bisa mengaum kepada kancah kebudayaan Nasional terhadap lantunannya yang berbunyi Alunan Budaya,” tutup Ambon melalui percakapan WhatsApp.

Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya di Angka 7 menjadi ruang yang memberikan panggung pada komunitas seni dan budaya untuk mengekspresikan karya mereka sejak 10 Tahun Lalu. Bak epos Mahabarata Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya seperti  kawah Candradimuka yang melahirkan ksatria seperti Gatot kaca yang memiliki mental tangguh dan resilien.