WNA, Peluru, dan Darah di Kota Malang

Selaswara.com – Kota Malang adem ayem. Sepakat. Udaranya segar. Betul. Daerah wisata, pendidikan, dan kuliner, dikenal dengan bakso (oskab). Benar sekali.

Ada tapinya. Kota yang dijuluki kandang singa ini, tindak kriminal kerap terjadi. Bahkan, dalam sehari, dua pelaku kejahatan menyasar ke lima toko di wilayah Kota Malang. Tindak kejahatan itu berupa gendam, disebut hipnotis. Pelakunya warga negara asing (WNA). Menggunakan topi dan masker. Aksinya terekam CCTV di setiap toko.

Salah satu sumber mengatakan, gendam ialah kejahatan penipuan menggunakan metode hipnotis, dipercaya menggunakan magic.

Kasir toko di Jalan Semeru dan Jalan Arjuno Kota Malang jadi korbannya. Uang setoran toko di jalan Semeru Rp1 juta raib digondol WNA itu. Sedangkan, di Jalan Arjuno, sedikitnya Rp800 ribu.

Dua pelaku: satu orang modusnya menukar mata uang asing ke rupiah, dan menukar uang baru untuk dijadikan koleksi. Hanya modus. Ujungnya menipu. Sedangkan, pelaku satunya, berpura-pura melihat barang-barang toko.

Selain di dua toko, pelaku menyasar ke tempat lainnya. Yakni, kasir minimarket kawasan Alun-alun Kota Malang. Sedikitnya Rp500 ribu berhasil dibawa pelaku. Lalu, menyasar ke toko keramik di Jalan Galunggung. Tapi gagal. Sebab, si kasir di sana curiga.

Pelaku beraksi menggunakan mobil. Namun, mobil diparkirnya jauh dari toko. Agar tidak tersorot CCTV. Belakangan, saksi sempat melihat nomor polisi mobil dengan plat L. Tapi saksi itu tidak sempat memperhatikan jenis mobil.

“Saya curiga. Karena saat itu pelaku hampir mau mengambil uang setoran yang ada di laci. Dia terus berusaha mengambil. Tapi saya cegah. Saya bilang No No No,” kata si kasir toko keramik, yang juga saksi.

Dua pelaku kemudian bergeser ke minimarket sebelah toko keramik, jaraknya hanya selemparan batu. Di sana, pelaku berhasil membawa uang Rp700 ribu.

“Kasir tidak tau kalau uangnya sudah dikurangi dengan trik tangan yang begitu cepat. Tahu-tahu pas setoran, uangnya kurang Rp700 ribu,” beber kepala toko minimarket.

Dua WNA itu belum ditangkap, hingga tulisan ini dimuat. Pihak toko yang menjadi korban belum melapor. Namun, kepolisian sudah mengetahui informasinya.

Lain kasus, beda cerita. Dorrr… Senin (7/8), tim buru sergap Polresta Malang Kota menembak pelaku pencurian motor (curanmor) karena tidak kooperatif saat ditangkap. Si pelaku mencoba melukai tim buru sergap, pun mencoba kabur.

Kasus curanmor di Kota Malang dikatakan menggila. Tak hanya dilakukan oleh satu, dua orang saja. Tapi berkomplot hingga empat orang. Tak jarang, sekali beraksi, pelaku berhasil menggondol dua sepeda motor, di satu tempat, di waktu yang bersamaan.

“Kasus pencurian di setiap daerah pasti marak, apalagi pencurian motor. Itu hal biasa,” kata rekan saya di lapangan. Bahkan, kasus bunuh diri (bundir) dikatakannya, sudah biasa terjadi di wilayah perkotaan.

Fakta di lapangan, pembacokan, penjambretan hingga pembunuhan pun beberapa kali terjadi. Itu dalam rentang waktu delapan bulan. Dibilang sering tidak, pun dibilang jarang tidak.

Tindak kriminal itu 24 jam aktif, selalu ada, dan selalu online. Karena itu, waspadalah! (redaksi)