sebuah cerpen, Aria

Visi “Menjadikan Sekolah Peternakan Farlin Sandevi, Sebagai Pusat Pembelajaran, dan Pengembangan Kebinatangan Dengan Tata Kelola Yang Efektif Dan Efisien Pada Tahun 1996”

Hari masih pagi, saat itu masih pukul setengah Sembilan, sedangkan ini masih bulan April tahun 1985, memberi rangsangan yang akut, bahwa akan datang siang yang panjang serta menyesakkan. sekali angin berhembus pelan, memberikan rasa sejuk yang nyaman pada tengkuk domba hina yang sedang memakan karangan semak rambat. namun debu tak pasti menyenangkan ketika bercampur dengan udara pagi hari. kira-kira begitulah ucapan Farlin di setiap kali menutup pidatonya, “debu tak pasti menyenangkan ketika bercampur dengan udara pagi hari.” 

Sekolah Peternakan masih terlihat sepi. hanya debu yang bertebrangan dan menempel di batang ruput Gulma. angin pagi yang membawa rasa asin mengibarkan bendera sekolah, dan mengusir ratusan bulir air yang bertengger di gelombang kain yang kusut. bendera itu berwarna hitam dan putih. terlihat ditengahnya menempel cap kaki babi yang berwarna kuning mustard.

di gerbang masuk ke sekolah. tergantung sebuah lukisan menggambarkan seekor babi yang sedang menangkap kadal kebun berwarna cokelat gelap Zaitun, dengan belang-belang samar berwarna kehitaman serta bintik-bintik berwarna hijau pucat yang berderet dipunggungnya. lalu babi itu berbadan gumpal. rambutnya hitam dan bejubal. dan seekor kadal kebun yang kurus, dan kepalanya terlipat ke bawah dengan jeroan yang berceceran dipenuhi tinja. lalu di bawah lukisan itu terdapat sebuah nama Capierio Calisteana serta tanda tangan yang terbuat dari tinta kacang kedelai.

di samping tiang pemisah antara kelas Program Studi Ilmu Keterampilan dan Sosial Kebinatangan (PIK-SK), tertempel sebuah papan besar terbuat dari irisan pinus kering yang bertuliskan VISI dan MISI dengan tinta yang terbuat dari Pirolidon basah.

Visinya begini,

“Menjadikan Sekolah Peternakan Farlin Sandevi Sebagai Pusat Pembelajaran, Dan Pengembangan Kebinatangan Dengan Tata Kelola Yang Efektif Dan Efissien Pada Tahun 1996”

MISI

1. menyelenggarakan pengajaran ilmu sosial, dan kebinatangan yang bermutu.
2. menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada asas kebintangan serta kebermanfaatan.
3. menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah peternakan lain untuk meningkatkan tridharma kejuruan Kebinatangan.
4. meningkatkan kualitas Sumber Daya Binatang (SDB) dengan membangun tata kelola yang baik.

Puluhan tahun yang lalu, sekolah ini didirikan oleh sekelompok babi pengungsi. Farlin adalah babi yang mempunyai jasa besar, sehingga sekolah Peternakan ini bisa berdiri. maka jangan heran, sekolah ini bernama Sekolah Peternakan Farlin Sandevi, dengan nama belakangnya adalah nama ayahnya yang dulu adalah ketua kelompok babi pembunuh.

Sekolah peternakan ini berada di tengah maidan seberang sungai yang kering dan berbatu, ada pembatas di samping jalan setapak, ada petak-petak bunga dari Inggris Bluebell dan heather, dan Primrose belum mati diterpa matahari, mekar bergerombol, megah dan mewah. di sekolah tidak ada rerumputan halus, hanya ada Perdu lokal dan sesemakan pohon Oak seperti payung raksasa, penuh dengan daun berwarna merah ke kuning-kuningan.

Hari masih terlalu pagi untuk Cassaipho menggonggong, anjing yang lima bulan terakhir ini di pelihara oleh para pejabat sekolah. Cassaipho, anjing Spaniel yang mengidap penyakit kulit, yang membuat hampir seluruh rambutnya rontok dan menutupinya dengan ruam coklat dan banyak bopeng. Cassaipho diangkat menjadi presiden maha murid hanya karena tiga hal, satu, Cassaipho adalah anjing penurut, kedua, Cassaipho adalah Anjing yang penuh mistik dan ketiga ia adalah Anjing yang bodoh.

di sisi lain, Ellea berlari ke gedung sekolah. gedung sekolah itu berbentuk persegi dengan di plester putih dengan daun Bandotan dan daun kemangi hijau gelap. ambang pintu sekolah terbuka tanpa tepian pajang. hanya ada kasau tempat burung-burung atap bersarang. tidak ada furniture disitu, hanya ada ruangan rektor Farlin dengan kelambu yang diikat seperti kanopi buram, meja, serta kursi anyaman juga terdapat beberapa rak usang dari kayu Merbau yang berisikan sederetan buku klasik, semuanya berjamur karena bertahun-tahun musim hujan dan rusak oleh ngengat.

Ellea dengan sorot mata yang kabur maknanya, menaruh surat yang terikat oleh tali akar pohon beringin kering di meja dengan perlahan, kemudian berjalan ke ujung meja dan menggelitik kaki bagian luar rektor Farlin. ia tahu dari kebiasaan, bahwa ini satu-satunya cara membangunkan rektor Farlin dan membuat suasana hati Farlin berubah buruk. Farlin berguling, melontarkan sumpah serapah, dan menekankan dahi keujung meja dengan hentakan yang kuat.

“sudah pukul delapan, Tuan. saya membawakan anda surat, karena Dr. May Yhi bilang dia akan kemari.”

Si dokter adalah sahabat Farlin dari Burma, dan juga mantan dosen di sekolah peternakan Farlin Sandevi. baru tadi malam ia sampai di persinggahan Desa, menginap disana, tidur di pinggiran kali. astaga ia seperti babi gelandangan tak berguna. Dr. May Yhi, seekor babi ras Hamprise berusia 15 atau 19, dan dengan tinggi sekitar kurang dari setengah meter. ia mengenakan bandana satin hijau pucat, dan bawahan putih berkanji dengan beberapa gelang emas di kakinya. bulunya yang pendek diikat keatas kuat-kuat menggunakan perhiasan berbentuk bundar, sekilas seperi konde kayu cendana, dan aroma minyak kelapa meraup masuk bersamanya. lalu memenuhi gedung sekolah dengan udara yang papat.

Dr. May Yhi berjalan ke meja, duduk diatas bangku anyaman, menunggu Farlin sadar sepenuhnya.

“tuan apa yang kita harus lakukan?” ucap Dr. May Yhi terengah-engah

“maksudmu apa May ku yang manis?” tanyanya.

“pejabat desa tidak mengizinkan adanya pembangunan sekolah di desa Veridha, banyak yang menolak, kebanyakan para pejabat sekolah peternakan mengutuk tindakan itu, karena Sekolah Peternakan Farlin Sandevi belum mendapatkan nilai yang bagus di mata mereka” ucapnya dengan wajah yang tak bergairah, sehingga hidung lebarnya menukik bibir bagian atas.

“lalu itu yang membuatmu datang jauh-jauh kemari?, apakah kamu tidak bisa menyelesaikannya, aduhai gadisku yang malang, apakah kamu tidak berpikir untuk membuat pusing pejabat disana. kau punya carakan? tanya Farlin

Dr. May Yhi hanya menggeleng-gelengkan kepala nya yang besar.

“sekarang pergilah, datang ke stasiun berita, ada Verandu disana. ia bisa membuatkanmu selembar atau dua lembar berita tentang kebodohan dan kejelekan kepala Perhimpunan Sekolah Peternakan Wilayah. tenang saja, aku mempunyai cara yang banyak untuk menjatuhkan nya. kita buat fitnah di Animal day tentang kebobrokan ketua keparat itu, sekarang pergilah, setengah jam lagi aku akan bertemu dengan maha murid ku. aku butuh mereka untuk aku hidup”

Dr. May Yhi berjalan menjinjitkan kaki belangnya, mengibaskan ekornya yang diikat pita kecil berwarna hijau Padma, lalu menuruni tangga yang terbuat dari pohon Willow kering. lalu diikuti oleh Ella yang sedari tadi menunggu di depan pintu.

setelah itu tidak ada percakapan panjang, kecuali pertanyaan tentang bagaimana Farlin bisa memanfaatkan sekolah ini untuk meraih pengakuan atas kursi-kursi berhala baru.

Sinar matahari telah menyingsing, dan ratusan larik menerobos daun Akasia yang hijau namun keriput, lalu sinarya merebah di maidan. ratusan maha murid dari sekolah peternakan itu berdiri menghadap Cassaipho dan para menterinya. kemudian Cassaipho melantunkan pujian kepada Farlin dan mengajarkan mereka bernyanyi. nyanyian yang selama ini diajarkan kepada para maha murid Yudfa.· lirik yang sangat khas, bahkan nyanyian ini wajib dilantunkan sebelum memulai pelajaran di setiap kelas.

Cassaipho membersihkan tenggorokannya, dan mulai menyanyi. seperti apa yang telah dikatakan rekannya. suaranya parau dan kering. bagusnya, ia menyanyi cukup lancar. kata-katanya seperti ini,

dkjfurhfkjehkfjejhfij….ehkjheiuhiigfiuyi…..
uiwhkufkjhkjfhkkjhfuhkjef……whhuiuhefhoijbkjheklk…..
jfkejbkfbekjbfjebkbkebkjebkjk…..jdksjdhkjhwkjdhkw jhfwdhfwu
jfkejhkfjhejjf…ejhfekjhkfjkej…!!!!
ksdkdhkdjhkdkjdhkkjd….jhfeufefuyfjwfuwufiwufef….
uufiwuwfwfliyfuhr…wkfifiefiuefiwihwhf…wjwhhwujhkwujh !!
dhksdjks….jfhskddkjhh … (Hidup Tuan Farlin yang mulia).

Nyanyian telah usai, lagu beberapa bait yang tidak begitu jelas, bahkan tidak jelas. tapi percayalah, lagu ini memberikan semangat maha murid dalam suasana yang penuh kegembiraan. sebelum Cassaipho selesai melantunkannya, mereka telah mulai menyanyi sendiri. bahkan kambing yang paling kerdil pun tergila-gila olehnya, saking gilanya ia membenturkan kepalanya ke pangkal kayu Trembesi beberapa kali lalu pingsan dan kekonyolan menguasainya. si bebek terus saja kwek-kwek, dan disambut oleh para Sapi betina dan jantan dengan suara melengkuhkannya yang menyebalkan. lalu anjing-anjing Banzo itu memberikan semangat mendengkingkannya. kuda Hackney dan Welsh Pony pun berlarian kesana-kemari dan bernyanyi. terdengar ringkikannya yang melengking dan melengkung, seirama dengan ketukan kakinya yang dilapisi sepatu besi ratusan karat.

mereka semua sangat bahagia dengan lagu itu, sehingga mereka menyanyikannya sepuluh kali berturut-turut. mereka larut dengan suasana yang meletup-letup.

di dalam kemabukan nyanyian itu, mereka meloncat-loncat kegirangan dan berputar-putar, seakan menerbangkan diri mereka ke udara dengan kegembiraan yang memuncak. mereka bergulung-gulung dalam debu padat dan memangkas sesuap rumput pahit musim dingin. mereka menyepak ke atas gumpalan tanah merah dan mengendus baunya yang harum.

ketika mereka masih asyik mengendus bau tanah yang merah satu kali, dua kali, tiga kali , Cassaipho datang dengan menggunakan baju belang yang tidak pas dibadannya, dengan celana yang longgar diatas kaki yang tampak serempangan. suaranya bersemangat dan ceria, dengan huruf s dan r yang seringkali terdengar lebih jelas.

“wahai binatang di setiap musim” ucap Cassaipho lantang.

sepersekian detik semua maha murid sekolah peternakan Farlin Sandevi mengangkat kepala, lalu menundukkan Nya kembali. tunduk berarti kepatuhan, patuh berarti budak. tak dapat dipungkiri, ucapan Cassaipho adalah isi kepala dari rektor Farlin. Cassaipho dan rekan-rekannya telah mengelaborasikan ajaran si tua Farlin kedalam suatu sistem pemikiran yang komplit, dan tanpa bertele-tele. kemudian mereka beri nama Farlinisme.

Semua terdiam, polos dan tidak menawan. para kuda berhenti untuk meringkik, begitu juga dengan segerombolan sapi menghentikan lengkuhannya. suasana seketika hening. hanya semilir angin yang mendesir menggoyangkan rumput Zoysia kering, dan menjatuhkan kutu daun yang cacat. semua terdiam, dan menjulurkan kuping untuk mendengarkan sambutan yang akan disampaikan oleh Phalom, Menteri Pendidikan dan Manajemen Kebinatangan (PMK).

“wahai binatang di setiap musim” ia mulai dengan gonggongan yang lantang, kering, terlihat dahak bergoyang di tenggorokannya, dan urat leher menonjol di belakang kulitnya yang keriput. “ketahuilah, keputusan-keputusan rektor Farlin yang mulia, apapun yang mungkin terjadi dengan leher yang terpasang di badan kita, atau kedua mata yang menempel di otak, adalah Hukum yang ditetapkan. siapa yang berani melawan rektor Farlin yang mulia, ‘seru Phalom’ adalah bandit. bandit berarti wajib diperangi” Phalom menutup sambutannya.

Semua Maha Murid tak mendengkur, lalu menyanyi lagi, sepasang bebek memukul kaleng bekas menjadi gendang, dan botol plastik menjadi Marakas. menyanyi satu dua kali berturut-turut. nyanyian yang mereka anggap sebagai lagu kemuliaan yang dapat membangkitkan semangat spiritual mereka, spiritual yang di bangun oleh Farlin dengan segala kebodohannya.

Cassaipho berdiri di atas panggung, sambil membawa bendera sekolah peternakan Farlin Sandevi, dengan tongkat yang terikat oleh tali yang dibuat dari puluhan serat jelatang kering, lalu menancapkannya di tumpukan jerami basah.

suara bising dari para Maha murid berhenti sejenak. tiupan terompet yang terbuat dari lubangan pohon kaliandra kering, jernih dan indah, mengenangi udara yang asin. suara Cassaipho mulai terdengar lagi, parau dan kasar.

“perrhatian! minta perrhatian! barru ssaja ssaya mendengarr darri ssuarra yang mulia rrektor kita terrcinta, bahwa harri ini adalah harri Pengenalan Ideologi Farrlinisme , yang akan diawali dengan prrerkom· dari massing-massing komunitass.

Semua ketua mulai berjalan kedepan, suara kaki mereka menghentak ke tanah dengan nada yang berbeda-beda, ketukan kaki kuda terdengar lebih keras. kemudian disusul dengan sorak-sorai dari masing-masing anggota. suasana mulai terdengar riuh. Simon, si kuda yang berperawakan tinggi itu tak sabar untuk mengkampanyekan komunitas yang saat ini ia pimpin. Serikat Pelajar Berkarya Santosha (SPBS). ia maju kedepan, kemudian disusul oleh Matresha, seekor domba yang pincang akibat busuk kuku yang menjalar keseluruh kakinya. namun pantatnya besar dan terlihat amat seksi. tak jarang domba jantan memnggil nya dengan sebutan “Nona asoy”. Matressa adalah ketua dari komunitas kecil yang bernama, Komunitas Pelajar Sosial dan Seni Kebinatangan (KLLM). kemudian A. Porat datang tergupuh-gupuh dengan kokokan yang besar.. A. Porat, pimpinan baru di Himpunan Pelajar Bergerak Kolektif ( HPBK) yang menggantikan Stevani yang keberadaannya entah kemana. ia menghilang setelah rektor Farlin mengeksploitasi ayam betina dengan memaksakan ayam-ayam untuk bertelur dengan jumlah yang banyak. isu ini tidak tersebar di kalangan maha murid, karena selalu ditutupi oleh Cassaipho dengan memberikan bumbu-bumbu romantisme Farlin, dan tak lupa dengan lagu kebanggaan mereka yang berjudul “Farlin yang mulia”.

Kemudian Aksyonov datang dari belakang, kucing besar dan berwarna hitam dari utara,. ia bagaikan angin utara yang menjatuhkan buah ara.

Perkom telah dimulai, diawali dengan pemindahan bendera sekolah ke bambu, atau Giant bamboo. sebagai ritual pembuka perkom. Simon mulai dengan ringkikannya yang tak melengking, lebih sedikit basah dan tebal. ia mengatakan bahwa komunitasnya mempunyai tujuan yang mulia, yaitu mengedepankan kualitas maha murid untuk berkarya dalam segi kepenulisan yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh semua maha murid untuk dijadikan referensi. kemudian para maha murid mulai berdesak-desakan. salah seekor dari mereka menggigit tiang bendera dan mengayun-ayunkan. teriak-teriakan keras dan kegegeran menyusul. setelah suasana mulai lenggang, A. Porat mulai berkokok riang, kemudian menjelaskan tujuan Komunitasnya dibentuk, “mewujudkan solidaritas antar binatang, baik berambut kasar maupun halus” (sungguh visi yang menjengkelkan dan tak masuk akal).

kemudian Matrisha, domba betina mengeluarkan embikannya yang manja. sorak sorai dari para maha murid berdencing diatas udara yang papat. matressa , setidaknya mengungkapkan satu hal, bahwa komunitasnya akan menjadi komunitas yang membangun sosial yang baik antar binatang, dan mewujudkan Maha Murid menjadi pilar seni yang mengedepankan estetika kehidupan. 

kemudian datanglah Murray, si keledai Catalunya. Murai adalah maha murid paling tua di sekolah ini, kita-kira empat belas Quidentta· dan peranginya paling buruk. ia sebenarnya jarang berbicara. tapi entah kenapa banyak dari segerombolan keledai mempercayai ia sebagai ketua untuk mewakili komunitas mereka, komunitas yang beberapa minggu lalu di bentuk, Gerakan Pelajar Progresif, yang kemudian disingkat (GPP).

Setiap Murray berbicara selalu diawali dengan sinis yang luar biasa, misalnya ia mengatakan bahwa dewa alam memberinya sebuah ekor untuk mengusir kadal gurun atau lalat. ucapan inilah yang menjadi pembukaan saat Perkom, sehingga semua maha murid tertawa, tak ada satupun yang membiarkan bibir mereka tetap tertutup. setelah tawa itu berhenti, Murray turun dengan wajah yang malu-malu. kali ini tidak ada penjelasan apa pun, yang ada hanya pertunjukan komedi yang tak berguna. yang ia tahu, ia datang terlambat naik ke atas panggung, dan sangat memalukan. ia memasang muka tenang dasar laut.

kini giliran Aksiyounov, Aksiyounov hanya diam, dan menatap gedung sekolah yang terbuat dari kayu Bubinga mewah yang dicampur dengan daging luar pohon Gaharu yang harum. sehingga tak ada celah untuk para maha murid memberikan penilaian yang tak pantas. tiga puluh detik telah berlalu, angin maidan mulai mendesir, dan menggoyangkan panggung sehingga mengeluarkan suara decit, seperti memaki bangkai manusia yang tercabik oleh burung bangkai, atau seperti orakan burung gagak yang menulikan telinga.

“Selamat siang Kamerad” ia memulai dengan sapaan yang datar. pembukaan yang berbeda, biasanya para maha murid akan memulai dengan ucapan binatang di setiap musim, atau diberkatilah rektor Farlin.

dia berdiri dengan wajah menatap langit yang hijau. rambutnya tergerai menutupi bahu, sementara kukunya yang panjang merobek alas daun Mending kering. cahaya seakan bergetar di atas tubuh pekatnya. bersih, mengkilat, tubuh itu tampaknya saringan awan gelap.

“kamerad, aku ingin bertanya. apakah sekolah ini mengajarkan ilmu pengetahuan untuk menjadi Maha murid yang benar sesuai dengan fungsinya? semua terdiam, tidak ada yang melengkuh, merikik, mengembik, atau mendencit. sejauh yang saya tahu, itu bukanlah tujuan mereka.” ucap Aksyounov di atas mimbar, di depan seluruh maha murid, termasuk di depan muka Cassiopho dan para keronconya.

kemudian para maha murid saling lirik, kuda, kambing, sapi, bebek , ayam, domba, keledai dst dst dst. mereka digerogoti dengan rasa kebingungan yang luar biasa. ucapan yang tak pernah mereka dengar sebelumnya kecuali pujian-pujian atas Rektor Farlin.

“Kamerad, kalian harus tahu, bahwa si babi Farlin adalah monster paling dingin, disamping kedinginannya yang durja, ia menipu pula, dan kebohongan-kebohongannya meraangkak dari mulutnya, dan sumringah mengatakan “akulah tuan kalian yang mulia”.

wahai kamared, Farlin akan dengan segera menghentikan siapa saja yang mengganggu niat busuk nya. kalian telah diperdaya, tertipu, kalian telah diolok-olok dengan lagu dan ucapan yang menjijikkan. yaitu sekolah yang akan menjadi asumsi bahwa kalian akan berjaya setelah keluar nanti. mereka tidak ada niat sedikitpun untuk mengajarkan kalian ilmu pengetahuan, atau memberikan kepastian atas nasib kalian, justru semua dari kalian akan di komersial sedemikian rupa. sampai ia benar-benar puas dari hasil keringat kalian, atau bahkan, mereka tidak akan pernah benar-benar puas.

Benjamin, ia menyebut satu nama, ternyata itu seekor Orang Utan yang berjenis Pongo. kamu telah diperlakukan dengan kejam bukan, kau disuruh membayar yang sebenarnya kamu tidak harus membayarnya. kamu tidak menangis waktu itu, karena kamu sangat khawatir terhadap statusmu sebagai maha murid yang harus lulus tahun ini. aku mengerti, bahkan sangat mengerti!. tapi aku tidak mengerti kenapa sistem di sekolah ini begitu kejam. aku dapat melihat satu hal dengan jelas, air matamu bergelantungan di kantung mata yang mengerut.”

“bagaimanapun kalian harus dapat memahami ini semua. bahwa sekolah yang kalian banggakan bukanlah membangun keterampilan kalian, tapi mereka hanya melihat kantong di punggung kalian ketika membawa buah-buahan dan beberapa botol madu untuk membayar Yatpel.

“apa yang kamu bicarakan?” tanya Cassaipho dengan wajah pucat

“seperti apa yang kamu dengar, Cassaipho.” jawab Aksyounov dengan suara yang datar.

untuk beberapa saat semua maha murid saling tatap dalam diam. sekali lagi, mereka dihinggapi rasa kebingungan yang luar biasa.

“itu sebabnya, (Aksiyounov melanjutkan setelah lenggang). kita harus berjuang untuk melawannya, dengan semua kekuatan kita, sebuah perjuangan lebih memungkinkan untuk kita bebas dari belenggu tinja Farlin ini. dengan tegas saya katakan:

STOP BAYAR YATPEL!·, karena ini lebih pasti daripada kalian harus dipaksa untuk menebak-nebak arah kalian, arah yang sudah mereka belokkan dari awal berdirinya sekolah yang memuakkan ini.

 lihatlah di papan pengumuman yang begitu buruk, hanya selembar daun Calathea basah, dan seratnya tergores tinta kebodohan, tulisan yang tak masuk akal.

“DI UMUMKAN KEPADA SEMUA MAHA MURID AGAR SEGERA MEMBAYAR YATPEL”

Tulisan yang begitu menjijikan, sedangkan kebutuhan para maha murid tidak diperhatikan. mereka mengarungi buah-buahan dan berbotol-botol madu yang kemudian ditukar dengan emas yang dipakai di leher dan pergelangan kaki serta telinga mereka. lihatlah ruangan yang kecil itu, (ia menunjuk ruangan yang bertiang pohon Matoa dan beratap jerami) perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat maha murid berpikir bebas, kritis, menggali informasi yang luas, dan tempat untuk menata jalan Tridarma Kejuruan Kebinatangan, namun terbengkalai tak terawat. sedangkan mereka meminta-minta pembayaran Yatpel untuk segera dilunasi. sementara isi otak kalian digantung dengan kesadaran yang luar biasa menyedihkan. masihkah kalian ingin ditipu? dihisap? diperas?. ketahuilah, tidak ada pendidikan sama sekali disini. tidak ada sekolah yang murni untuk mengurusi isi otak-otak kalian, mereka hanya mengurusi perut mereka yang semakin hari semakin gendut, atau pernak-pernik Surgawi yang mereka gunakan untuk meminum beberapa botol dari sari buah-buahan yang kalian sodorkan dengan lutut yang tergeletak di tanah. lalu kelas kalian yang buruk, sehingga suasana akan semakin penat dan menjengkelkan. sesungguhnya sekolah ini adalah pasar, pasar yang didatangi manusia yang berkaki dua untuk bersaing mendapatkan keuntungan lebih.

Gregor , ia menyebut seekor anjing lugu, bukankah kau pernah dianggap tidak penting? pertanyaan itu memberikan reaksi yang cepat bagi Gregor, tapi ia masih kebingungan dengan ucapan dari Aksyounov. kau ingat Gregor, aku yakin kamu masih mengingatnya. saat itu kamu pulang dan menangis tersedu di pangkuan ibumu disaat kau tunjukkan selembar daun Rebab dengan nilai yang buruk. lalu ibumu menepis telingamu sampai memerah. dan para pengajar mengolok-olokmu, mengatakan kamu adalah binatang sialan dan bodoh.

wahai kamared, apakah hanya nilai akhir pembelajaran berupa angka yang penting dari maha murid? selalu saja, para pengajar sekolah ini bermuara pada nilai. sehingga baik dan buruk kalian di nilai dari angka 8-9 atau 2-7. mereka selalu memperhitungkan apakah maha murid meningkat dari segi nilai, apakah mereka mengungguli maha murid lainnya, apakah mereka berhasil mencetak rekor, hanya itu yang penting bagi mereka. kalian hanya dianggap hewan-hewan dungu yang datang ke Sekolah untuk mendapatkan sebuah resep menjadi hewan pandai dari sekolah yang memuakkan ini.

kamared, kalau boleh aku menganalogikan, sekolah ini seperti pusaran air, maka sekolah ini memposisikan dirinya seperti lubangan hitam yang dalam, yang menarik dengan kekuatan yang begitu besar bagi semua benda disamping lingkarannya. berputar-putar dan tenggelam. benda-benda ini atau aku menyebutnya maha murid, teratur melingkari pada jalur yang telah dibentuk oleh lubangan pusaran air. tidak ada kebebasan untuk maha murid. tindakan pemberontakan dari ketetapan sekolah akan dipandang sebagai sebuah kekacauan yang dapat merusak semua tatanan. kamared, bertanya itu adalah ke-tabuan, membangkaang itu adalah dosa besar, berekspresi adalah memalukan, diam itu berarti emas, penurut berarti membanggakaan, itulah sekolah peternakan Farlin Sandevi. maka dari itu lakukan sekarang, lakukan yang kalian harus lakukan. STOP BAYAR YATPEL ! sehingga kalian akan sadar seberapa butuh mereka dengan hal itu.”

“Kamerad, masih mampukah kalian menanggung udara sekolah yang menjijikkan ini? itulah pertanyaan besarnya, atau lebih tepatnya itulah pertanyaan jika memang aku mungkin untuk bebas.”

Suara bising dari seluruh maha murid menerka dan terbawa oleh angin yang berhembus. “krekkk” suara pintu gedung kantor sekolah terbuka, tak ada yang begitu sadar, bahwa rektor yang mereka puja keluar dengan tergupu-gupuh. disini kita tidak bisa membayangkan sama sekali, Farlin adalah babi yang memang benar-benar menjijikan, matanya hilang sebelah dan mengeluarkan air yang berwarna kuning kental, kakinya pincang, dan diatas telinganya terdapat bekas luka yang masih basah, sehingga mengeluarkan bau yang amat busuk.

Farlin kebingungan dengan apa yang terjadi. biasanya para maha murid akan mendatangi dan menjilat kakinya sampai benar-benar bersih. tapi hari ini tak ada yang melakukannya. justru semua para maha murid muak melihatnya, dan memandang dengan sinis. kali ini hati Farlin seperti caruk kuburan binatang. 

Cassaipho berlari menghadap Farlin dengan wajah yang pucat pasi, wajahnya yang bopeng semakin memangkas wajah tikoei· hitamnya.

“apakah menurrut tuanku, apa yang kemudian kucing itu sampaikan?” tanya Cassaipho dengan suara yang terengah-engah

Farlin tidak langsung menjawab. nafasnya mulai mendesing dan kepayahan, ia sedang berusaha bangkit dengan keheranan yang buas. sejenak Farlin menyeimbangkan bobot perut di kaki yang pincang.

lengkuhan sapi terdengar, kwek-kwek berseliweran, ringkikan kuda panjang dan melengking. semua maha murid bersuara tanda mereka setuju, bahkan sangat setuju!

STOP BAYAR YATPEL!, STOP BAYAR YATPEL!,
STOP BAYAR YATPEL!. STOP BAYAR YATPEL!, STOP BAYAR YATPEL.

Sampai Aksyounov menutup orasinya. ia berjalan dengan di penuhi bunyi lembut dari suara berirama itu, irama yang baru saja ia ciptakan. kata- kata Aksyounov benar-benar terilhami, di aminkan oleh semua maha murid. kata -kata itu berdering dalam memorinya sepanjang detik, dan membungkus hatinya dalam suatu gelombang kegembiraan yang amat sunyi. ia turun dari panggung, tak berkata apapun. ia memandang langit yang disaput dengan warna biru berpadu emas. ia bisa rasakan perutnya berdenyut halus dibawah leher belakangnya. hari ini benar-benar melelahkan.

tiga hari setelah riuh itu, tak ada lagi para maha murid mengibarkan bendera Sekolah Peternakan Farlin Sandevi. tak ada lagi nyanyian dan lagu, tak ada lagi suara kaleng dan botol yang dibenturkan oleh sepasang bebek dengan penuh kegembiraan yang meletup-letup, tak ada lagi kuda yang meringkik gila, tak ada sapi yang melengkuh menyanjung rektornya. hanya Cassaipho yang menggonggong diatas kayu kering yang tak berguna. bahkan tak ada lukisan yang selama ini di banggakan oleh maha murid. yang ada hanya bingkai yang hitam bekas terbakar. angin berhembus bersama api yang melahap gedung sekolah. data-data Yatpel itu berhamburan setelah termakan api yang buas, sekejap abunya menempel di atas muka Cassaipho yang bopeng. angin berhembus lagi dengan kencang tanpa ampun. sehingga bau babi yang terbakar merayap di hidung semua maha murid. Sekolah peternakan Farlin sandevi sudah lenyap terlahap api. tanah mulai panas menyerap kulit kaki mereka. mengeluarkan asap yang tak pekat. ringkikan kuda mulai terdengar, lengkuhan sapi menyusul, begitu juga dengan decitan tikus padi yang terputus-putus. mereka berdiri di depan gedung yang terbakar hebat tanpa gerak menyaksikan sebuah pertunjukkan api yang menggerutu memangkas badan Farlin dari atas sampai ekor mungilnya. suara kayu yang terbakar meletus memengkakkan telinga. hari sudah mulai gelap, gedung sudah menyisakan abu. hari itu, tak ada nama Farlin yang tersirat dibenak mereka, tak ada nyanyian Farlin yang mulia. sekolah Farlin sudah menjadi tanah yang tak berguna.

Sebulan setelah itu, diatas tanah yang berwarna merah gelap, dan bau bangkai babi yang masih memualkan berseliweran di atas rumput yang menguning. datang seorang kakek tua berambut putih dan berbadan bungkuk yang bernama Capierio Calisteana yang membawa seekor anak babi yang berwarna kemerahan, namun kulitnya begitu kasar, tak ada bulu yang melindungi kulitnya. sama seperti Farlin, nama anak babi itu adalah, Farlinina Yhi. kemudian kakek tua itu mengambil mesin tik dan mulai menulis dan tertawa.