Pentas Seni dan Budaya: Merawat Warisan Budaya Lombok di Malang

Malang, SELASWARA.COM — Dewan Penasihat dan Alumni (DPA) Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Lombok Timur Malang Raya mengadakan acara “Pentas Seni dan Budaya.” Acara yang mengangkat tema “Budaya Lokal dan Nasionalisme Bersanding dalam Menghadapi Zaman” dilaksanakan pada Sabtu (16/09) bertempat di Dewi Anjani Cafe, Kec. Dau, Kabupaten Malang.

Acara yang dihadiri oleh Kapolsek Dau Kompol Triwik,. SH., MH. dan dari Polres Malang yang diwakili oleh Wakapolres Malang Kompol S. Kuncoro yang sekaligus membuka acara dengan memukul Ende menggunakan Penjalin sebagai simbolik bahwa acara Pentas Seni dan Budaya resmi dibuka.

Dana Afriansyah sebagai salah satu inisiator mengatakan bahwa acara tersebut bertujuan untuk mempertahankan dan menyelamatkan budaya yang ada di Lombok secara khusus, dan budaya Indonesia secara umum.

Melalui acara ini, diharapkan budaya lokal yang berasal dari Lombok lebih dikenal di tingkat nasional.

“Acara ini kita buat dalam rangka untuk melestarikan budaya lokal maupun nasional pada zaman sekarang. Melalui acara ini juga, semoga budaya kita bisa dikenal di tingkat nasional” kata Dana, Sabtu (16/09), di Dewi Anjani Cafe.

Dalam acara itu juga ditampilkan beberapa kesenian yang berasal dari daerah Lombok. Seperti Tari Gandrung dan Tari Presean, tarian tersebut dibawakan langsung oleh mahasiswa yang berasal dari daerah Lombok.

Untuk Presean yang merupakan tarian adu ketangkasan antara dua orang pria. Para penonton dipersilakan untuk menawarkan diri sebagai pepadu yang akan bertarung menggunakan alat yang sudah disediakan panitia.

Para penonton bersorak ramai ketika para pepadu mulai saling pukul dengan Penjalin yang terbuat dari rotan dan tameng pelindung yang disebut Ende berbahan kulit hewan.

Di sela babak permainan, penonton juga menyawer sebagai bentuk apresiasi kepada pepadu yang sudah berani tampil. Hal yang unik dari tari presean ini adalah selepas pertarungan. Meskipun tubuh para pepadu yang bertarung mengalami lebam atau luka. Tidak ada unsur dendam di antara para pepadu.

Selesai bertarung mereka langsung bersalaman dan berpelukan sambil meminta maaf satu sama lain. Untuk mengobati luka akibat pertarungan, panitia acara sudah menyiapkan obat di belakang panggung.

Pagelaran Pentas Seni dan Budaya ini juga sebagai obat untuk mengobati kerinduan mahasiswa Lombok yang sedang menuntut ilmu di kota Malang. Tidak hanya mahasiswa, acara ini juga dihadiri oleh sesepuh Lombok yang bekerja di kota malang. 

Lalu Satria mengatakan, “Acara ini megobati rasa rindu kampung halaman. Begitu juga dengan para sesepuh yang hadir, para sesepuh merasakan hangatnya kekeluargaan orang Lombok walaupun di perantauan. Acara ini sebagai ajang kita untuk sebagai mahasiswa perantau Lombok yang sedang menuntut ilmu di Malang ini,” jelas Satria yang juga sebagai Mantan Ketua Umum IKPM Lotim.

1