Ekonomi & Pariwisata

Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Desa Pringgasela

SELASWARA.COM — Indonesia, yang dikenal sebagai negeri Nusantara, menyimpan sejuta pesona alam dan budaya. Layaknya surga, Indonesia bahkan dianggap sebagai negeri ‘Atlantis’...

Written by Abdul Hafiz · 2 min read >
Seorang penenun Pringgasela dengan alat tenun tradisional gedogan dalam acara budaya Alunan Budaya Desa, Senin (25/9/2023). Kegiatan ini merupakan seremonial pembuka dengan menampilkan 1000 penenun sebagai upaya melestarikan warisan tenun khas Pringgasela yang telah diwariskan turun-temurun. Foto: Bayu Utomo/Selaswara.

SELASWARA.COM — Indonesia, yang dikenal sebagai negeri Nusantara, menyimpan sejuta pesona alam dan budaya. Layaknya surga, Indonesia bahkan dianggap sebagai negeri ‘Atlantis’ yang dicari oleh Plato dalam dialognya bersama Socrates pada abad ke-4 SM. Selain pesona alamnya, kehidupan yang tenang dan damai menjadi salah satu alasan wisatawan mancanegara memilih Indonesia sebagai destinasi utama untuk dikunjungi.

Pada tahun 2000 hingga 2014, jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, dari sekitar 5 juta pengunjung pada tahun 2000 menjadi lebih dari 9,4 juta pengunjung pada tahun 2014. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah sebagai pemangku kebijakan tertarik untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pada tahun 2015, pemerintah menetapkan target kedatangan 20 juta wisatawan internasional pada tahun 2019.

Target tersebut hampir tercapai secara keseluruhan. Menurut laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada 16 Mei 2023, Indonesia dikunjungi oleh 16,1 juta wisatawan pada tahun 2019. Namun, pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan drastis jumlah wisatawan pada tahun 2020, hanya mencapai 4 juta wisatawan. Bahkan, angka tersebut menurun lebih jauh hingga 1,5 juta wisatawan pada tahun 2021, turun 61,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Dampak keterpurukan sektor pariwisata ini dirasakan langsung oleh lebih dari 34 juta masyarakat yang menggantungkan hidup pada sektor wisata dan ekonomi kreatif.

Meskipun demikian, pemerintah terus berupaya untuk memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada triwulan I tahun 2023, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) secara kumulatif mencapai 2,5 juta kunjungan, meningkat 508,87% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022.

Melihat peluang tersebut, pemerintah menciptakan “10 Bali Baru” dengan meluncurkan program 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), yang kemudian disusutkan menjadi 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP). Mandalika, sebagai salah satu dari DPP, mewakili Pulau Lombok, membuka peluang besar bagi masyarakat Lombok untuk memanfaatkan kekayaan alam dan budayanya dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Menurut NTB Satu Data yang dirilis pada 20 Juli 2024, jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, mengalami peningkatan signifikan dari sekitar 964 ribu pengunjung pada tahun 2021 menjadi 1,2 juta pengunjung pada tahun 2023.

Peningkatan jumlah wisatawan ini merupakan angin segar bagi desa-desa yang menopang pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk Desa Pringgasela. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab bersama bagi seluruh elemen masyarakat Desa Pringgasela untuk membaca peluang dan bersinergi dalam mengembangkan potensi yang ada. Kerja sama antar pemuda, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah, serta seluruh elemen masyarakat sangat penting dalam upaya ini.

Pesona Alam dan Budaya Desa Pringgasela sebagai Potensi Desa Wisata

Desa Pringgasela, yang terkenal dengan kain tenunnya yang khas, juga dikenal dengan julukan ‘Tanaq Gadang’. Julukan ini memiliki beragam makna di kalangan masyarakat, mulai dari ilmu kanuragan, kekuatan fisik, hingga simbol keberanian dan keteguhan hati. Terlepas dari berbagai interpretasi, julukan ini merepresentasikan keberanian, tekad, dan kekuatan hati masyarakatnya.

Terletak di kaki selatan Gunung Rinjani, Desa Pringgasela memiliki kekayaan alam berupa tanah yang subur dan sumber air yang melimpah. Hamparan sawah yang luas, disebut “Bangket Batu Tambun”, menghadap ke selatan Gunung Rinjani, mencerminkan kehidupan masyarakatnya yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan penjaga ketahanan pangan.

Selain itu, Desa Pringgasela juga berperan sebagai penjaga sumber kehidupan. Kokoq Mencerit, yang terletak di batas utara desa, merupakan sumber mata air terbesar dan utama di Lombok Timur, mengaliri hampir seluruh wilayah kabupaten.

Dengan posisi strategisnya, Desa Pringgasela berupaya menginspirasi desa-desa sekitarnya melalui pagelaran tahunan Alunan Budaya Desa. Acara ini tidak hanya mengangkat nama Pringgasela ke tingkat nasional, tetapi juga memperkenalkan desa-desa sekitar melalui pendekatan kebudayaan.

Selain kekayaan alam, Desa Pringgasela juga kaya akan budaya. Produk budaya berupa kain tenun telah membantu menjaga stabilitas ekonomi keluarga masyarakat. Menenun menjadi tradisi turun-temurun bagi perempuan Pringgasela, yang diwariskan dari generasi ke generasi selama ratusan tahun.

Kain tenun tidak hanya menopang ekonomi rumah tangga tetapi juga berkontribusi dalam pembiayaan pendidikan generasi muda Pringgasela hingga tingkat sarjana, bahkan doktoral.

Dengan kekayaan alam yang indah dan budaya yang khas, Desa Pringgasela mendapat amanah untuk menjaga dan melestarikan warisan ini. Pariwisata berkelanjutan menjadi salah satu strategi utama dalam memanfaatkan kekayaan ini secara optimal.

Strategi Pengembangan Wisata di Desa Pringgasela

Penulis menyadari bahwa dirinya bukanlah ahli dalam bidang pariwisata. Namun, melalui berbagai bacaan dan diskusi, penulis memahami bahwa sektor pariwisata merupakan cara yang efektif untuk menjaga dan melestarikan alam serta budaya di era modern ini.

Salah satu konsep yang dapat diterapkan dalam pengembangan pariwisata adalah model 5A oleh Dickman, yang mencakup:

  1. Atraksi (Attractions) – Desa Pringgasela dapat memanfaatkan showroom atau galeri tenun sebagai pusat pameran dan pertunjukan seni budaya.
  2. Aktivitas (Activities) – Wisatawan dapat diajak mengunjungi mata air Mencerit, area persawahan, atau tempat-tempat bersejarah.
  3. Aksesibilitas (Accessibility) – Penyediaan sepeda, ojek, atau layanan penyewaan kendaraan untuk memudahkan mobilitas wisatawan.
  4. Akomodasi (Accommodation) – Penyediaan penginapan berkualitas seperti Aranka Tempasan dan penginapan dekat showroom tenun.
  5. Amenitas (Amenities) – Penyediaan tempat makan dan toko oleh-oleh seperti Kakoday Café, Aranka Tempasan, serta galeri tenun lokal.

Selain itu, penting untuk membangun tata kelola pariwisata yang baik dengan prinsip gotong royong. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai kepedulian lingkungan dan pelatihan sumber daya manusia menjadi faktor kunci. Pengelolaan pariwisata harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swasta, dan komunitas lokal, dengan koordinasi yang kuat.

Melalui strategi yang berkelanjutan dan berbasis kearifan lokal, Desa Pringgasela dapat menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menarik wisatawan tetapi juga memberdayakan masyarakatnya secara ekonomi dan sosial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *