Lintasan Waktu Alunan Budaya Desa di Pringgasela Raya

—Disertai dengan Timeline interaktif

lintasan waktu alunan budaya desa di pringgasela raya

Pringgasela Raya, SELASWARA.COM — Pringgasela Raya memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, terutama dalam hal tenun tradisional yang sudah berusia ratusan tahun. Tenun Pringgasela merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi muda.

Salah satu upaya untuk melestarikan dan mengembangkan tenun Pringgasela adalah dengan menggelar Alunan Budaya Desa (ALBD) Pringgasela Raya. ALBD adalah sebuah festival tahunan yang diselenggarakan oleh pemuda-pemudi Pringgasela Raya sejak tahun 2015.

Festival ini bertujuan untuk menampilkan potensi seni, budaya, dan pariwisata yang ada di desa tersebut, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ekonomi kreatif. ALBD juga merupakan sebuah wadah untuk berkolaborasi dengan seniman-seniman dari berbagai daerah dan genre, serta untuk mengajak masyarakat luas untuk mengenal dan mencintai budaya Pringgasela.

Alunan Budaya Desa hadir dibawah naungan Lembaga Pemerhati Pariwisata Seni dan Budaya Desa (LP2SBD). LP2SBD telah berdiri dari tahun 2015, dan saat itu diketuai oleh Muhammad Nur, S.Sn. LP2SBD juga merupakan lembaga penanggung jawab Alunan Budaya Desa. Dengan hadirnya lembaga tersebut, maka Alunan Budaya Desa dapat dikatakan acara resmi dari Kecamatan Pringgasela.

Di Alunan Budaya Desa, banyak disuguhkan hiburan berbasis budaya dan digelar di jantung Pringgasela Raya dengan mengangkat berbagai tema. Seluruh tema tersebut tak jauh dari pembahasan tenun, karena dilihat dari tujuan berdirinya, ialah pelestarian dan pembangkit sumber ekonomi kreatif bagi masyarakat Pringgasela Raya. 

Tak hanya Tenun, Rantok Timbanuh, Rudat Aik Dewa, dan Gendang Beleq pun ikut dalam Gelaran Alunan Budaya Desa. Sejak berdiri pada tahun 2015, dengan melihat antusias para masyarakat dan tim pendukung Alunan Budaya Desa, maka saat itu Alunan Budaya Desa resmi dijadikan sebagai acara tahunan, dibawah naungan lembaga LP2SBD atau Lembaga Pemerhati Pariwisata Seni dan Budaya Desa.

Culture Collaboration menjadi tonggak awal

Di Alunan Budaya Desa pertama, tema yang diangkat adalah Culture Collaboration atau Kolaborasi Budaya. Dengan itu, seluruh budaya yang ada di kecamatan Pringgasela ditampung dalam Alunan Budaya Desa. 

Band asal Yogyakarta, Rescue Trio Rockabilly, datang ke Pringgasela Raya untuk hadir sebagai bintang tamu spesial di Alunan Budaya Desa pertama tersebut. Adapun rangkaian Acara dalam acara tersebut ialah jalan sehat, bazar, dan acara inti sesuai tema yang diangkat.

Melihat hal tersebut, dalam penerapannya, Alunan Budaya Desa harus menjaga tingkat eksistensinya bagi Kecamatan Pringgasela untuk melestarikan budaya-budaya yang ada di dalamnya. Juga penggarapan tema sehingga kedepannya Alunan Budaya menjadi Event Besar bagi masyarakat Desa Pringgasela.

Memperkenalkan Desa Wisata jadi tema di ALBD dua

Pada tahun 2016, atau gelaran kedua, Alunan Budaya Desa mengangkat tema “Memperkenalkan Desa Wisata”. Tema tersebut diangkat, sebab Pringgasela Raya tidak hanya memiliki kekayaan budaya, namun potensi wisatanya juga tak kalah indah dari desa-desa lain.

Di ALBD pertama ini terdapat penambahan beberapa elemen baru, seperti menampilkan Pentas Musik Tradisional, Festival Gendang Beleq, Drama Tenun Sesek, Fashion Show, Tari Sesek, Demonstrasi Tenun, Nyanyi Sasak, Wayang Kulit, Ngerambang, Zikir Zaman, Burdah, dan Qori’. Acara ini juga dihadiri oleh Bupati Lombok Timur saat itu, H. Sukiman Azmy.

Sebanyak 1350 penenun hadir dalam Warna dan Irama Tenun

Beranjak di gelaran ketiga di  tahun 2017, Alunan Budaya Desa kembali digelar dengan mengangkat tema “Warna dan Irama Tenun” yang menampilkan 1.350 penenun tradisional yang melakukan atraksi tenun di sekitar Tugu Mopra Pringgasela. Jumlah yang sangat Fantastik. 

Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) coba dipecahkan pada atraksi tenun ini, namun belum berhasil. Meski begitu, Alunan Budaya Desa ketiga merupakan titik balik. Di ALBD tiga, Alunan Budaya Pringgasela Desa mulai menemukan tenun sebagai jati diri dan konsep.

Mengusung An Elaborate Fashion Show

Kemudian pada tahun 2018, Alunan Budaya Desa mengangkat tema “An Elaborate Fashion Show” yang menampilkan inovasi desa tenun Pringgasela dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Hal ini menjadi daya tarik bagi para pengunjung, di mana mereka melihat kreativitas dari para penenun yang mengelola tenun menjadi berbagai busana modern, namun tanpa menghilangkan kesan lokalnya.

Fashion Show Tenun dilakukan di tengah hamparan sawah di Batu Tambun, Pringgasela. Menghadirkan para Teruna dan Dedare Lombok Timur 2018, yang terdiri dari puluhan peserta peraga busana tingkat SMA, masyarakat umum, juga anak-anak.

Fashion Show Tenun ini juga dimeriahkan oleh atraksi budaya lainnya, seperti pementasan wayang, zumba party, jalan sehat, pentas seni, dan atraksi gendang beleq.

Sempat vakum dua tahun, aktif kembali dengan Boteng Tunggul 

Di tahun 2019, Alunan Budaya Desa sempat vakum akibat adanya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan seluruh masyarakat tidak boleh beraktivitas di luar ruangan. Oleh karenanya, gelaran Alunan Budaya Desa terhenti. Usai pandemi, Alunan Budaya Desa kembali digelar pada tahun 2021 dengan mengangkat tema Boteng Tunggul.

Di Alunan Budaya Desa lima ini bisa dibilang yang paling spesial dan sakral dalam sejarah ALBD Pringgasela Raya. Karena melibatkan ritual sejarah kain tenun pertama yang berumur ± 850 tahun. 

Boteng Tunggul ialah kain tenun purba yang berusia berabad-abad. Kain purba tersebut dipercaya memiliki kekuatan mistis bagi penyembuhan atau acara yang Sakral.

Kain tenun pertama tersebut diberi nama “Tunggul”. Tunggul dipercaya memiliki nilai kesakralan oleh masyarakat Pringgasela, dan hanya dapat dikibarkan dengan syarat-syarat khusus. Tunggul terakhir kali dikibarkan pada tahun 1979 silam, ketika pewaris dari kain ini menikah. 

Sejak saat itu, masyarakat sudah tidak pernah melihat Tunggul dikibarkan. Dalam ALBD lima ini, Tunggul dikibarkan kembali di depan ribuan orang yang hadir, sebagai bentuk penghormatan dan pelestarian terhadap warisan budaya Pringgasela. Acara ini mengangkat tema “Boteng Tunggul”, yang berarti mengibarkan Tunggul.

Meledak di Festival Tenun

Pada tahun 2022, Alunan Budaya Desa ke VI digelar dengan mengangkat tema Festival Tenun. Pada gelaran ini, Alunan Budaya Desa menuai banyak pujian karena menampilkan kreativitas anak bangsa dalam mendesain kain tenun dengan berbagai tema yang unik. Juga menjadikan tenun-tenun tersebut kostum yang bernilai budaya yang etnik sekaligus modern.

Alunan Budaya Desa enam merupakan acara yang paling meriah dan kreatif dalam sejarah ALBD Pringgasela Raya. ALBD enam menampilkan Karnaval Tenun sebagai program utama. 

Karnaval Tenun adalah sebuah lomba karnaval yang diikuti oleh 22 tim dari seluruh pulau Lombok, yang menampilkan berbagai kreasi busana dan aksesori dari tenun Pringgasela. Karnaval Tenun ini bertujuan untuk menunjukkan keanekaragaman dan keindahan tenun Pringgasela, serta untuk menginspirasi masyarakat untuk mengenakan tenun sebagai bagian dari gaya hidup. 

Karnaval Tenun juga merupakan pagelaran tenun yang unik, karena menampilkan parade dengan mengenakan tenun Pringgasela yang khas. Di acara tersebut, dimeriahkan juga oleh atraksi budaya lainnya, seperti pementasan seni tradisional dan modern, bazar kuliner dan kerajinan, serta workshop tenun.

Menanti kejutan Pringgasela di angka 7

Alunan Budaya Desa tujuh merupakan acara yang paling monumental dan bersejarah dalam ALBD Pringgasela Raya. Pringgasela di angka 7 merupakan tema sekaligus menandai tujuh perjalanan ALBD Pringgasela Raya.

Sudah 10 tahun sejak Alunan Budaya Desa pertama, tibalah saatnya hari besar, hari dimana Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya kembali digelar. Konsep yang dibawa mereka sebut sebagai “The Biggest Culture Festival.” ALBD tujuh akan berlangsung selama 10 hari, terhitung dari 22 September hingga 1 Oktober.

Alunan Budaya Desa ketujuh menghadirkan banyak pertunjukan yang memberikan dampak domino pada tenun Pringgasela, jenama lokal, komunitas, dan budaya desa.

Acara utama akan dibuka dengan Panggung Tujuh Tingkat yang menampilkan 1.000 penenun (kolosal), jalan sehat dengan hadiah utama berupa umroh bersama Ustadz Abdul Somad, serta malam puncak yang akan dimeriahkan Band Tipe-X, serta masih banyak acara menarik lainnya.

Dari detail cahaya, setting artistik, bintang tamu, hingga upaya menghadirkan dimensi ruang yg unik akan tersaji. Kesemuanya akan disajikan secara megah. Alunan Budaya Desa, Pringgasela Raya di Angka 7 patut untuk dinantikan!

Berikut adalah perjalanan ALBD Pringgasela Raya dari satu hingga tujuh yang kami rangkum secara ringkas.