Bersiap Menuju Opening Ceremony Festival Dongdala Budaya Desa ke-3

SELASWARA.COM — Festival Dongdala Budaya Desa 3 telah digelar sejak Minggu, 17 Desember 2023 lalu hingga 23 Desember 2023 mendatang. Mengangkat tema “Sasaq Sela, Nggisin Gumi,” yang merupakan komitmen dan kebanggaan masyarakat dalam melestarikan budaya dan alam, serta menjaga kemandirian dan kedaulatan pangan yang ada di Desa Pringgasela Selatan.

Selama sepekan, berbagai rangkaian kegiatan yang menarik dan edukatif banyak tersaji di Festival Dongdala ini. Sebelum Opening pada (20/12) besok, telah tersaji banyak kegiatan menarik pada Pra Opening yang dilaksanakan pada 17 hingga 19 Desember.

Di hari pertama Pra Opening misalnya, telah terselenggara acara Permainan Tradisional berupa Selodor dan Terompa atau Bakiak yang dimeriahkan oleh generasi lintas zaman, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Mereka turut memeriahkan Permainan Tradisional di Dongdala 3 ini. Tak hanya mengedukasi anak-anak hari ini, namun acara tersebut juga menjadi sarana nostalgia bagi orang-orang tua dalam mengenang kembali masa-masa kecilnya dahulu.

Kemudian di hari kedua, dilanjutkan dengan Atraksi Anak yang menampilkan Tari Tradisional dan Paduan suara pada (18/12). Anak-anak Sekolah Dasar (SD) dari berbagai daerah menjadi Peserta dalam Atraksi Anak tersebut. Beragam jenis tarian dan lagu daerah dipentaskan dalam panggung dengan nuansa etnik tersebut.

Masyarakat sekitar tak ketinggalan untuk berbondong-bondong menyaksikan keseruan dari Festival tahunan tersebut. Sedangkan hari ini (19/12), telah tersaji Pementasan Wayang dan juga Bazar Makanan Tradisional. Untuk lebih jelasnya mengenai rangkaian acara dari Festival Dongdala 3, berikut jadwal lengkapnya:

Pra Opening

  • 17 Desember: Permainan tradisional berupa selodor dan terompa atau bakiak.
  • 18 Desember: Atraksi anak berupa tari tradisional dan paduan suara yang dipentaskan oleh anak-anak.
  • 19 Desember: Bazar jajanan tradisional “Desa Masa Lalu”, yang menyajikan berbagai makanan khas, serta pementasan wayang.

Opening Ceremony

  • 20 Desember: Parade budaya Nyiru Jaja Bejangkongan, yang merupakan acara utama dan puncak Festival Dongdala 3. Dalam parade ini, ribuan warga Desa Pringgasela Selatan akan berjalan bersama-sama membawa nyiru (nampan) yang berisi jajanan tradisional sebagai bentuk rasa syukur dan penghargaan atas potensi alam dan budaya mereka. Parade ini juga melambangkan semangat bersuka cita dan berbagi dalam kebersamaan, sesuai dengan arti kata bejangkongan, yang berarti berdampingan.
  • 21 Desember: Talkshow ketahanan pangan, yang menghadirkan narasumber dari berbagai bidang, yang akan membahas tentang isu-isu terkait ketahanan pangan, seperti ketersediaan, aksesibilitas, kualitas, dan keberlanjutan pangan, serta tantangan dan solusi yang dihadapi oleh masyarakat Desa Pringgasela Selatan.
  • 22 Desember: Musik tradisional, yang menampilkan berbagai alat musik dan genre musik khas Sasak, yang mengiringi tari-tarian dan nyanyian yang menggambarkan kehidupan dan kearifan lokal masyarakat Sasak.
  • 23 Desember: Fashion show, yang memamerkan berbagai busana dan aksesori tradisional Sasak, yang memiliki motif dan warna yang kaya dan indah, serta mengandung makna filosofis dan simbolis.

Festival Dongdala 3, diberi nama demikian karena menggambarkan keberagaman suku dan budaya yang ada di Desa Pringgasela Selatan, yang terdiri dari tiga suku/trah yang berbeda, yaitu trah Tanak Gadang, trah Samawa, dan trah Masbagik.

“Sasak Sela Nggisin Gumi”, dipilih sebagai tema lantaran terkandung makna bahwa masyarakat Desa Pringgasela Selatan memiliki tradisi tersendiri dalam mengelola dan merawat bumi dan isinya berdasarkan kearifan yang diwariskan oleh para leluhurnya. Tema ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Desa Pringgasela Selatan peduli terhadap isu ketahanan pangan, yang menjadi fokus dalam rangkaian acara yang digelar.

Harapannya, Festival Dongdala 3 dapat menjadi wadah bagi pemuda-pemudi yang ada di Desa Pringgasela Selatan untuk memperlihatkan semangat kemandirian dan kedaulatan pangan di berbagai aspek, sekaligus memupuk kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya lokal.