SELASWARA.COM — Impulsive buying atau belanja impulsif adalah aktivitas yang sangat berisiko secara finansial. Kondisi ini semakin populer di berbagai kalangan masyarakat saat ini, karena gaya hidup konsumtif terus digaungkan sebagai tren seiring dengan berkembangnya berbagai marketplace dan sarana pembayaran online.
Lalu, apa itu belanja impulsif? Dan mengapa berbahaya? Belanja impulsif adalah keinginan seseorang untuk membeli suatu produk dalam jumlah banyak secara spontan tanpa melalui perencanaan dan proses berpikir panjang. Dalam praktiknya, keputusan yang diambil lebih didasarkan pada emosi daripada logika, sehingga mudah tergoda oleh diskon, promo, dan barang-barang yang sedang tren.
Faktanya, kebiasaan ini akan berbahaya bagi pelakunya sendiri. Karena pelakunya cenderung berbelanja sesuai dengan keinginan bukan berdasarkan kebutuhan, maka perilaku ini akan menyebabkan pemborosan dan mengancam kesehatan finansialmu.
Perilaku belanja impulsif tidak selalu negatif, karena sebagian orang juga menganggapnya sebagai aktivitas self reward atau penghilang stres. Namun, jika dilakukan terus-menerus, bisa menjerumuskan kamu ke dalam sifat boros, merugikan keuanganmu secara signifikan, dan menumpuk barang yang tidak perlu.
Belanja impulsif juga bisa membuat pelakunya rentan terjebak kredit berlebihan atau terlilit hutang. Dampak yang terakhir adalah membuat pelakunya sulit untuk merencanakan keuangan dan memiliki tabungan. Pastinya kamu tidak mau mengalami hal tersebut, bukan? Jadi, yuk mulai kontrol perilaku tersebut dari sekarang!
Berikut ini adalah cara-cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi belanja impulsif:
Daftar ini bisa membantu kamu mengendalikan kecenderungan belanja impulsifmu. Jadilah disiplin dan tegas pada diri sendiri dengan hanya membeli barang-barang yang tertulis di daftar tersebut. Dengan setia pada daftar ini, kamu bisa mengurangi pembelian yang tidak perlu di menit-menit terakhir.
Tips selanjutnya adalah kamu harus bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan dalam hidup. Dengan mengetahuinya, keuanganmu akan teralokasi secara tepat. Kamu akan menghindari barang-barang yang tidak penting dan tidak diperlukan.
Seorang penasihat keuangan, Merrill Lynch Mary McDougall, mengatakan, “Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah mengeluarkan uang terlalu banyak. Itulah sebabnya, membuat anggaran dan mengetahui berapa yang kamu habiskan harus menjadi prioritas pertama.” Menyusun skala prioritas barang sebelum membeli adalah tips mencegah belanja impulsif berikutnya. Dengan mengetahui prioritas, kamu bisa mengontrol diri untuk membeli barang-barang sesuai kebutuhan saja, dan menunda barang kurang prioritas untuk pembelian-pembelian berikutnya.
Saat kamu melihat-lihat barang di online shop dan kamu menyukainya tapi tidak terlalu dibutuhkan, cobalah untuk tidak langsung membelinya dan tunggu hingga tiga hari sampai satu minggu. Jika kamu tidak benar-benar membutuhkan barang itu, kamu akan lupa jika pernah ingin membelinya dan kamu bisa berhemat. Untuk pembelian besar, buat jeda yang lebih lama sebelum kamu berkomitmen, setidaknya untuk beberapa minggu. Kemudian lihat apakah membeli barang seperti TV atau sofa itu masih merupakan ide yang bagus.
Terkadang belanja sering dijadikan pelampiasan saat kita sedang merasa stres atau sedih. Meskipun efek belanja ini ampuh untuk menghilangkan perasaan stres, tetapi kamu harus hati-hati. Belanja saat kondisi hati kurang baik justru bisa menguras kantong, karena kamu menjadi lebih toleran untuk mengeluarkan banyak uang agar perasaan stresmu hilang.
Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar membutuhkan ini atau hanya menginginkannya? Apakah saya mampu membelinya? Berapa jam saya harus bekerja untuk menutupi pembelian ini? Bagaimana perasaan saya jika saya membawanya pulang? Apakah rumah saya memiliki tempat untuk ini? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa membantu kamu menilai apakah barang yang kamu inginkan itu layak dibeli atau tidak.
Jangan biarkan diri kamu tergoda oleh barang-barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan, seperti sweater hitam yang sudah kamu miliki tiga buah di lemari. Saat kamu merasa ingin membelinya, lebih baik jujur pada diri sendiri. Tanyakan pada diri kamu apakah kamu benar-benar membutuhkannya. Apakah kamu tidak akan menyesali keputusan membeli barang itu di kemudian hari? Jika ya, batalkan pembelian kamu. Ingatlah bahwa ada perbedaan besar antara menginginkan dan membutuhkan sesuatu.
Demikianlah artikel tentang bahaya impulsive buying dan cara mengontrolnya agar keuanganmu tetap sehat. Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan wawasan baru bagi kamu yang ingin mengelola keuangan dengan lebih baik.
Ingatlah bahwa belanja itu boleh-boleh saja, asalkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanmu. Jangan sampai belanja impulsif membuatmu terjerumus ke dalam masalah finansial yang berkepanjangan. Selamat mencoba tips-tips di atas dan semoga berhasil!