Sajak Kehangatan

Aku menghelai selempang amunisiku

Kamu melerainya ketika hendak gugur dari pundakku

Cuaca dipenuhi dengan segala kelabilannya

Menyilaukan kening setiap manusia

Juga mengkamuflase setiap kesedihan

Hingga sekonyong siang bertabrakan dengan genangan yang belum kering sisa semalam

Gelas sudah tandas

Tanpa sebatang candu di jepitan tangan

Ditemani hanya dengan seonggok dunia yang semalam aku masuki

Berisi labirin yang membuatku tersesat dan mengundang tangisan penuh dahaga

Suara pancuran air melebur pada udara bising

Menabur percikan yang mengkristal lalu mendarat di pipiku

Membiaskan derasnya laju aliran air mata

Dari sumber mata air airmata

Aku ingin melihat pelangi pada indah raut wajahmu

Namun cukup tiga warna saja

Warna harapan, kebahagiaan, dan juga cinta

Yang kesemuanya terlepas dari tuduhan tanpa belas kasihan

Benarkan saja ucapan selamat pagi yang aku dengar pada siang hari

Sebab harapku hanya mendengar pagi dan petang

Dan butuh ku hanya secawan gairah juga perenungan

Lalu puncaknya antara syukur dan penyesalan pada suntuk malam hening

Aku menolak derasnya hujan dan terik panas matahari

Menerima keseharian hanya berisi sekedar jingga pagi dan siluet sore

Kehangatan? aku ingin menyaksikan senyumanmu setiap hari

Pada ketulusan fajar dan senja yang menutupi keindahannya

Aka kabar Kehangatan?

Ucapku memulai sapaan dini hari

Menjemputmu di ujung timur batas kesibukan kota kerinduan

Lalu mengajakmu ke tengah aktivitas dunia yang fana

Berbekal catatan kumal dan tetesan terakhir nyawa sebuah tombak perlawanan

Aku belai mesra setiap kepedulianmu

Dan lalu aku lantangkan peranku dalam kehidupanmu

Sisa penjahat perang yang berjuang untuk merdeka

Sekadar dan selebih menyaksikan senyuman dan pipi kemerahan mu

Menatap tanpa kejap mata coklat pada binar bola matamu

Kehangatan, aku malu-malu memelukmu 

Kamu lama-lama dalam pelukku

Ahmad Rijal Alwi,
Malang