Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
Photo by nicollazzi xiong: https://www.pexels.com/photo/four-rock-formation-668353/
Photo by nicollazzi xiong: https://www.pexels.com/photo/four-rock-formation-668353/

SELASWARA.COM — Apa sih yang identik dengan puasa? Tentunya ibadah di Bulan Ramadan ini seringkali dikaitkan dengan kesabaran, hati yang ikhlas untuk memaafkan, dan menahan nafsu untuk menjauhi hal-hal yang bersifat buruk. Namun rupanya, hasil penelitian ilmiah pun menunjukan bahwa puasa memberikan manfaat dalam segi medis.

Penelitian yang dilakukan Kazemi, dkk, dalam jurnal The Effect of Ramadan Fasting on Psychological Health and Depression in Sirjan Azad University Students menemukan bahwa kesehatan psikologis sebelum Ramadan dengan sesudah Ramadan meningkat. Sedangkan, depresi sebelum Ramadan dengan sesudah Ramadan menurun. Sehingga disimpulkan bahwa puasa di Bulan Ramadan menjadi faktor penting untuk menurunkan depresi dan meningkatkan kesehatan psikologis.

Tidak hanya itu saja, puasa memberikan kontribusi untuk kesehatan fisik dan juga kesehatan mental. Selama berpuasa, kadar hormon kortisol atau stres dapat berkurang. Tidak hanya itu, puasa juga dapat membantu merangsang hormon endorfin yang efektif untuk menenangkan perasaan cemas.

Di sisi lain, bagi beberapa orang, puasa juga akan membuat mereka merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Hal ini dapat memicu timbulnya ketenangan perasaan dan suasana batin sehingga pikiran pun tetap jernih.

Lalu apa saja kaitan puasa dengan kesehatan psikologis? Disimak, yuk!

1. Puasa merupakan momentum yang pas untuk melatih mindfulness

Mindfulness atau sebuah kegiatan memusatkan perhatian pada kondisi kini dan disini erat kaitannya dengan puasa, yang tentunya mewajibkan pelakunya untuk lebih sabar dan menahan diri. Tidak bisa dipungkiri, hanya karena puasa bukan berarti secara otomatis nafsu dan dorongan untuk marah, makan, maupun nafsu lainnya langsung hilang. Justru dengan latihan dan pembiasaan melalui mindfulness inilah diperlukan untuk menghilangkan nafsu tersebut.

Disinilah peran mindfulness yaitu mengajak kamu mengatur napas dan sejenak duduk tenang untuk bisa membantu proses mindfulness itu sendiri. Mengingat di siang hari kamu tidak ada aktivitas makan, yang artinya waktu dan pikiran kamu bisa dialokasikan untuk kegiatan lain. Misalnya, introspeksi diri, beribadah, melakukan hal-hal baik, dan merenungi kehidupan secara positif.

Selain itu, pembatasan diri pada makan dan minum membuat kamu bisa lebih menghargai makanan dan minuman, kan? Jika tidak puasa, mungkin kamu langsung makan saat lapar sehingga tidak ada sensasi tantangan atau rasa menghargai pada makanan. Tapi saat kamu puasa, teh manis di meja jadi menggiurkan, menu makanan berbuka jadi terasa menggoda, bahkan azan maghrib saja menjadi primadona.

Jadi sebenarnya, puasa melatih kita belajar untuk fokus dan menghargai banyak hal.

2. Puasa itu tentang mengendalikan diri, bukan menyalahkan orang lain

Perlu diingat dan dibiasakan juga saat puasa, yaitu keimanan kita betul-betul diuji dan maknanya kita belajar fokus pada pengendalian diri kita. Maka dari itu, perlu kamu ingat tiga point ini, bahwa:

  • Saat ada orang lain yang menyebalkan, kamu belajar untuk tetap tenang dan tidak marah-marah ke dia dengan alasan dia patut dimarahi. Selalu ingat bahwa kamu sedang dilatih mengendalikan diri.
  • Belajar untuk tidak marah dan anarkis pada tempat makan yang masih buka di bulan ramadan. Karena sebetulnya, masalahnya bukan mereka harus tutup, tapi bagaimana kamu membiasakan diri untuk bertahan dari godaan.
  • Saat puasa, kamu bisa berlatih untuk lebih sehat, berhati-hati, dan memilih untuk bicara baik-baik atau menjauh sekalian daripada harus marah.

3. Puasa adalah sarana mengontrol diri dan meningkatkan kebahagiaan

Pada hari yang normal, biasanya kita makan seenaknya, berkata kasar semaunya, dan nonton porno sepuasnya. Tapi saat ada tuntutan untuk menjauhi hal-hal yang seperti itu bahkan berhenti, kita belajar untuk bisa mengendalikan diri. Nah, kamu membiasakan diri untuk lebih tenang, mendengarkan yang tidak terdengar, dan tetap fokus untuk mengontrol diri.

Walau sambil menahan diri, namun puasa juga dapat meningkatkan kebahagiaan. Poin ini sebenarnya sama seperti alasan pertama. Kita jadi lebih menghargai sesuatu yang sudah biasa dan lumrah ketika hal tersebut terbatas dan langka. Hal ini menjadikan kita lebih bahagia menyambut maghrib di bulan puasa.

4. Mengontrol mood dan melatih empati

Saat puasa, kamu sedang melatih untuk mengontrol mood kamu. Karena hormon kortisol kamu terjaga saat pola makan teratur, mengingat puasa mengajak kita untuk makan terjadwal yaitu di waktu sahur dan berbuka, berbeda dengan di waktu lain yang asal-asalan.

Selain itu, puasa juga melatih kamu untuk melatih empati. Karena kamu jadi lebih mengerti orang yang kesulitan makan seperti apa. Kamu jadi mengerti juga peran orang-orang yang menyiapkan makanan dan bekerja saat puasa itu tidak mudah.

5. Memaafkan

Walaupun sulit, namun memaafkan bisa kamu upayakan di bulan ramadan. Memaafkan itu butuh proses, ada tahapan yang perlu kamu lalui hingga tuntas supaya kata maaf bukan semata di mulut saja. Maka, memang memaafkan itu adalah pilihan yang tidak bisa dipaksakan.

Bicara tentang memaafkan, tentunya mengingatkan kita untuk tidak asal memberi kata maaf saja, atau asal meminta maaf tanpa pemaknaan dan penyesalan berarti. Maka, aturan dari Allah SWT tentang makna memaafkan dan berbesar hati meminta maaf menyambut ramadan dan idul fitri sangat lah luar biasa.

Beruntung sekali ajaran agama ini mengajak kita untuk punya kebiasaan dan mental yang lebih sehat. Tentunya walau kita bukan manusia sempurna dan pasti banyak kekurangan saat menunaikan ibadah puasa, namun semoga kita sama-sama belajar untuk menyempurnakan ibadah kita dengan lebih baik.

Selamat berpuasa, semoga ibadah puasa kita bisa diterima oleh Allah SWT.