Ode Untuk “One More Time” Blink-182

Video musik “One More Time” Blink-182. Sumber: YouTube blink-182

Video musik Blink-182 “One More Time” bak mesin waktu yang melewatkan ingatan ke masa remaja kita. Ingatan memorable musik dan visual dari band yang digawangi Tom Delonge, Mark Hoppus, dan Travis Barker  menemani masa-masa fase badai remaja kita. Mendengar single “One More Time” yang juga menjadi nama untuk album ini mengaduk-aduk perasaan.

Destinasi-destinasi ingatan ini membangkitkan kegirangan, tapi juga rasa sedih dari visualisasi musik dan cara mereka menampilkan single ini. Entah setelah mendengar singel ini, aku berasumsi ini seperti lagu ode dari band pop punk ini. Aku baru pahami, saat mereka bicara dibalik single ini dan soal tur bersama yang diharapkan para penggemar setia.

Trio ini memulai petualangan bersama bermuara dari fase kematian yang tragis dalam hidup mereka: Mark Hoppus didiagnosa kanker tahun 2021 dan Travis Barker nyaris kehilangan nyawanya dari kecelakaan pesawat di California. Salah satu keinginan terakhir yang mereka inginkan bersama adalah melakukan tur musik dunia bersama.

Seperti alur kebanyakan film musik, mereka berharap akhir yang bahagia bersama. Bulu kuduk saya berdiri menulis paragraf ini. 

Tur Musik Album “One More Time” Blink-182 Tahun 2024 yang menampilkan tamu spesial Pierce The Veil.. Sumber: Instagram @blink182.

Refleksi Blink-182 Akan Rasa Bersalah Karena Berpisah pada “One More Time”

Kita mungkin menemukan perasaan persaudaraan dari orang asing daripada saudara sedarah kita. Blink-182 peka akan ini. Mereka merasakan hal itu ketika band ini pertama dibentuk dari tidak saling kenal, hingga mereka menemukan diri dari kubangan kompetisi di industri musik yang membentuk perasaan benci untuk mencinta. Terpenjara dalam tembok yang tercipta di pikiran tentang identifikasi diri dari sebuah genre musik, persaudaraan yang terasa saling tarik-ulur–semua ini seakan berkelindan.  

Ah, aku menemukan ungkapan yang tepat dari film “Call Me Chihiro  (2023)” untuk situasi ini “Sesungguhnya manusia yang hidup di bumi merupakan kumpulan alien yang datang dari planet lain, kalian hanya perlu menemukan seseorang yang berasal dari planet yang sama dan menjadikannya teman dekat.” 

Seperti sepenggal lirik “One More Time” menggambarkan bagaimana perasaan persaudaraan Blink-182 yang lahir dari musik atau perasaan kita juga:

Strangers, from strangers into brothers
From brothers into strangers once again
We saw the whole world, but I couldn’t see the meaning
I couldn’t even recognize my friends
(Orang asing, dari orang asing menjadi saudara
Dari saudara menjadi orang asing sekali lagi
Kita melihat seluruh dunia, tetapi aku tidak dapat melihat maknanya
Aku bahkan tidak bisa mengenali teman-temanku)

Apakah kita akan melawan takdir? Atau memilih jalan Amorfati atau mencintai takdir atas tragedi di fase kritis pencarian diri dan musibah yang kerap menimpa. Perasaan bersalah karena berpisah dan memilih pergi untuk menjaga hubungan kita, jalan rasa bersalah karena berpisah (separation/disloyalty guilt) seolah tergambarkan pada lirik ini:

Older, but nothing’s any different
Right now feels the same, I wonder why
I wish they told us, it shouldn’t take a sickness
Or airplanes falling out the sky
(Lebih tua, tapi tidak ada yang berbeda
Saat ini rasanya sama, aku bertanya-tanya kenapa
Aku berharap mereka memberi tahu kita, itu tidak akan menyebabkan penyakit
Atau pesawat terbang jatuh dari langit)

Hiduplah seakan kamu mati hari ini, apakah buat  hidupmu lebih berarti? Benarkah memulai dahulu percakapan “kau benar merindukan nya” tak membuatmu rendah? Reaksi terbalik dari psikologis mu itu, baliklah! Berhenti  dan rasakan perasaanmu pada lirik ini :

Do I have to die to hear you miss me?
Do I have to die to hear you say goodbye?
I don’t wanna act like there’s tomorrow
I don’t wanna wait to do this one more time
(Apakah aku harus mati untuk mendengarmu merindukanku?
Apakah aku harus mati mendengarmu mengucapkan selamat tinggal?
Aku tidak ingin bertindak seolah-olah masih ada hari esok
Aku tidak ingin menunggu untuk melakukan ini sekali lagi)

Dilukai oleh orang yang kita percayai membuat benang kusut rasa rindu dan cinta pada mental kita perlu diurai kembali, ke kusutan itu perlu diurai dan digulung kembali dengan benar dari bias pikiran kita. Bak yang tergambar pada lirik ini:

I miss you, took time, but I admit it
It still hurts even after all these years
And I know that next time ain’t always gonna happen
I gotta say, “I love you” while we’re here
(Aku merindukanmu, butuh waktu, tapi aku mengakuinya
Masih terasa sakit bahkan setelah bertahun-tahun
Dan aku tahu bahwa kejadian berikutnya tidak akan selalu terjadi
Aku harus mengatakan, “Aku mencintaimu” selagi kita di sini)

Blink-182 Sekali Lagi Sangat Dirindukan

Maka sudahilah perasaan campur aduk mu di penghujung tulisan ini, Album “One More Time” yang diproduseri Travis Barker sebabnya memasuki tangga musik #1 album di Billboard 200 US sejak dirilis pada 20 Oktober 2023 oleh Columbia Records. “One More time” terdiri  17 track lagu baru yang menampilkan performa yang “gila!”. Blink-182 adalah penanda zaman masa remaja kita. Dimana percikan-percikan ketidaksadaraan kita tentang apa yang membentuk saat ini? Coba refleksikan apa yang Blink-182 membentuk mu?

I Miss You Blink-182!