Melalui Pengarsipan, Irama Nusantara Menjaga Warisan Musik Populer Indonesia

Dokumentasi Satu Dekade Irama Nusantara dengan Pameran Arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas. Dokumentasi: Instagram Irama Nusantara
Dokumentasi Satu Dekade Irama Nusantara dengan Pameran Arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas. Dokumentasi: Instagram Irama Nusantara

SELASWARA.COM — Musik populer Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Berbagai genre, gaya, dan artis telah menghasilkan karya-karya musik yang mencerminkan keanekaragaman budaya, sosial, dan politik bangsa Indonesia. Namun, sayangnya, tidak banyak orang yang mengetahui dan menghargai musik-musik lawas Indonesia yang merupakan bagian dari warisan budaya nasional. Banyak lagu-lagu populer Indonesia yang terancam hilang atau terlupakan karena kurangnya dokumentasi, pelestarian, maupun penyebarluasan.

Sebuah proyek bernama Irama Nusantara yang telah berdiri sejak tahun 2013 mencoba mengatasi masalah tersebut. Irama Nusantara adalah sebuah proyek yang bertujuan untuk melestarikan dan mengarsipkan data serta informasi musik populer Indonesia. Proyek ini dipicu oleh kegemaran pendirinya, David Tarigan, saat mendengar musik lawas Indonesia yang berkualitas namun kurang terdokumentasi. Hingga saat ini, Irama Nusantara telah berhasil mendigitalisasi 48.580 lagu dengan 5.305 rilisan dari 253 pustaka.

Irama Nusantara memiliki situs web iramanusantara.org yang menyediakan akses gratis bagi siapa saja yang ingin mendengarkan lagu-lagu populer Indonesia dari era 1920-an hingga 2000-an. Situs web tersebut menyajikan informasi tentang rilisan, label, artis, dan pustaka yang terkait dengan musik populer Indonesia. Selain itu, iramanusantara.org juga menampilkan artikel-artikel yang membahas sejarah, konteks, dan analisis musik populer Indonesia dari berbagai sudut pandang.

Irama Nusantara tidak hanya melakukan pengarsipan digital, tetapi juga berupaya untuk menghidupkan kembali musik-musik lawas Indonesia yang mungkin sudah terlupakan oleh generasi sekarang. Salah satu caranya adalah dengan membuat seri video Lima Serama, yang menampilkan lima orang musisi muda yang membawakan ulang lagu-lagu lawas Indonesia dengan aransemen baru. Irama Nusantara juga berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Radio Republik Indonesia (RRI), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan komunitas-komunitas musik lokal untuk mengembangkan dan menyebarkan proyek ini.

Satu Dekade Irama Nusantara

Pada tanggal 14 & 15 Oktober 2023 nanti, Irama Nusantara akan menyelenggarakan program diskusi bertajuk Bisik-Bisik Musik dan festival musik Irama Berdendang, di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta. Kedua agenda tersebut menjadi puncak acara dari Rangkaian Irama: Satu Dekade Irama Nusantara yang sebelumnya bersama Kemendikbudristek juga telah menggelar pameran arsip industri musik populer Indonesia dengan mengusung tema “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas.” Rangkaian Irama merupakan program hasil kerja sama antara Irama Nusantara dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Bisik-Bisik Musik adalah program diskusi beragam isu terkait industri musik dan selingkar problematika yang mengikutinya. Esensi dari program ini adalah untuk mengangkat tema-tema obrolan musik yang kerap muncul dalam berbagai lingkup pergaulan pencinta musik Indonesia, dan kemudian dibahas dengan melibatkan narasumber-narsumber yang memiliki integritas dan kompetensi pada bidangnya. Program ini akan dibuat dalam sembilan sesi selama dua hari dengan rentang topik antara lain “Merekam Kota Lewat Musik,” “Melacak Perubahan Agraria Indonesia Lewat Musik Populer,” “Festival Musik dan Penghadiran Kembali Musik Lawas Indonesia,” “Hitung-Hitung HKI untuk Rilisan Ulang,” sampai “Membentuk Wacana Kesejarahan Budaya Populer di Indonesia.”

Sedang, Irama Berdendang adalah festival musik yang menampilkan penampilan dari berbagai artis dan grup musik yang terinspirasi oleh musik-musik lawas Indonesia. Festival tersebut akan menghadirkan genre-genre musik yang beragam, seperti keroncong, dangdut, pop, rock, jazz, dan lain-lain. Selain itu juga akan menampilkan kolaborasi antara musisi muda dan populer yang akan membawakan lagu-lagu lawas Indonesia dengan nuansa baru.

Irama Nusantara juga menyajikan pengalaman baru dalam menikmati lagu-lagu masa lampau lewat festival musik Irama Berdendang yang mengusung konsep panggung tribute. Menariknya, para penampil bukan saja membawakan lagu-lagu lama yang populer, tetapi juga memberi ruang dengar untuk lagu-lagu masa lalu yang kini sudah terlupakan. Irama Berdendang menjadikan jargon “Musik Baru Dari Masa Lalu” yang kerap digaungkan Irama Nusantara relevan dengan lanskap musik hari ini.

Terkait Festival Irama Berdendang, Program Manager Irama Nusantara, Gerry Apriryan mengemukakan, adalah sebuah mandatory program musik. Gerry menjelaskan, tidak cocok kiranya suatu ekshibisi musik namun tak menampilkan pertunjukannya ke khalayak. “Format tribute jadi pilihan untuk memperkenalkan musik Indonesia dari masa lalu melalui musisi idola generasi muda terkini. Menariknya juga adalah format DJ atau selector yang kami buat khusus satu buah lounge untuk menangkap fenomena terjadi belakangan yakni menjamurnya DJ membawakan musik dari masa lalu,” pungkas Gerry.

Para penampil Irama Berdendang adalah Bilal Indrajaya yang akan membawakan lagu-lagu dari album ikonik Badai Pasti Berlalu, NonaRia yang akan membawakan karya Ismail Marzuki, The Panturas membawakan karya-karya Eka Sapta dengan gaya Indorock ‘60-an, Diskoria memutar disko klasik Indonesia, Endah N’ Rhesa membawakan folk Indonesia, Louise dan Gallaby yang membangkitkan kenangan akan sosok Roekiah, dan sejumlah penampil lain seperti Dipha Barus, Mondo Gascaro, Batavia Collective berkolaborasi dengan Fariz RM, White Shoes & The Couples Company, Alunan Nusantara, Dua Sejoli, Bangkutaman, JIWA JIWA, Dangerdope, Aryo Adhianto & The Ruko Riots, Udasjam, Midnight Runners, hingga Swaragembira.

Program diskusi Bisik-Bisik Musik dan Irama Berdendang terbuka untuk umum dan gratis. Caranya, cukup membayar tiket masuk Museum Kebangkitan Nasional seharga Rp2 ribu dan melakukan reservasi melalui situs kiostix.com. Irama Nusantara juga membuka donasi bagi yang ingin berkontribusi terhadap kerja pengarsipan musik yang mereka lakukan. Mekanisme donasi dilakukan melalui kiostix.com dengan tiga kategori berbeda, mulai dari Rp100 ribu, Rp300 ribu, dan Rp500 ribu.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek Ahmad Mahendra menuturkan, saat ini amat penting menciptakan sarana yang dapat menyampaikan pemahaman ke publik tentang sejarah perkembangan industri musik Indonesia. Menurut Mahendra, industri musik di Indonesia tidak sekadar sebuah karya seni tinggi yang diberikan ke masyarakat, namun juga memiliki makna nilai sosial, teknologi, hukum, dan ekonomi yang berkontribusi terhadap kebudayaan nasional. “Dinamika perkembangan industri musik populer di Indonesia ikut dipengaruhi oleh serangkaian perjalanan sejarah bangsa sehingga ada perubahan pada setiap masanya. Hal inilah yang perlu direkam untuk transfer pengetahuan ke masyarakat serta pegiat musik di Tanah Air,” ujar Mahendra.

Mahendra juga mengatakan, industri musik populer merupakan cermin wajah kebudayaan nasional yang menunjukkan adanya sisi pemikiran, ide, kreativitas, untuk melahirkan karya seni orisinal. “Hal ini bagian dari upaya juga untuk memberikan apresiasi besar kepada para musisi nasional yang telah menorehkan catatan sejarah baik terhadap perjalanan industri musik populer di Indonesia sehingga dapat terus dirasakan manfaatnya bagi masyarakat,” kata Mahendra.

Irama Nusantara menjadikan musik populer Indonesia sebagai bagian dari identitas bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Proyek ini juga memberikan inspirasi dan edukasi bagi generasi muda Indonesia untuk mengenal dan memahami musik-musik modern Indonesia yang merupakan warisan budaya bangsa. Dengan adanya Irama Nusantara, masyarakat Indonesia diharapkan dapat menikmati dan mengapresiasi musik-musik lawas Indonesia sebagai “lagu baru dari masa lalu”.

Berawal dari Pameran Arsip Perkembangan Musik Lawas

Sebelum hari puncak festival Irama Berdendang pada 14 & 15 Oktober nanti, proyek Irama Nusantara juga telah menyelenggarakan beberapa rangkaian acara lainnya yang berkaitan dengan musik populer Indonesia. Yakni pameran arsip yang digelar bersama Kemendikbudristek dengan tema “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas.” Pameran tersebut menampilkan perkembangan musik lawas Indonesia dari era pra-kemerdekaan hingga tahun 1960-an. Pameran tersebut digelar di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta sejak Sabtu, 16 September 2023 hingga Minggu, 15 Oktober 2023.

Pameran tersebut menyuguhi koleksi-koleksi antik nan klasik yang menunjukkan bagaimana industri musik Indonesia dirintis lewat karya-karya fenomenal. Dalam pameran tersebut, terlihat bagaimana musik populer Indonesia dipengaruhi oleh banyak konteks, seperti politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan budaya. Ada tiga zona yang membagi pameran tersebut, yaitu zona yang menampilkan awal perkembangan industri musik populer Indonesia (pra-1960), zona yang menampilkan perkembangan industri musik populer di bawah kekuasaan Orde Lama (1960-1965), dan zona yang menampilkan perkembangan industri musik populer di bawah kekuasaan Orde Baru (1966-1969).

Melalui pameran tersebut, pengunjung disuguhi ragam koleksi yang bukan hanya langka, tetapi juga bersejarah. Antara lain foto-foto musisi zaman Hindia Belanda, rilisan musik label Tio Tek Hong (tahun 1905), dokumentasi pembakaran piringan hitam The Beatles di Jakarta tahun 1965 akibat pelarangan musik barat oleh Orde Lama, informasi tentang lagu “Indonesia Raya” pertama kali direkam, dan sebagainya. Patut diketahui, pameran tersebut merupakan pengembangan dari buku “Dari Ngak-Ngik-Ngok ke Dheg Dheg Plas” yang pernah dirilis Irama Nusantara bersama Bintang Press dan Norrm pada 2021.

Selain pameran arsip, proyek Irama Nusantara juga telah menyelenggarakan konferensi para pengarsip terkait budaya populer Indonesia pada tanggal 12 Oktober 2023. Konferensi ini menghadirkan para pengarsip dari berbagai bidang, seperti film, komik, fotografi, seni rupa, dan tentu saja musik. Konferensi ini bertujuan untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang proses dan tantangan dalam mengarsipkan data dan informasi budaya populer Indonesia. Konferensi ini juga menjadi ajang untuk membangun jaringan dan kerjasama antara para pengarsip untuk mengembangkan dan menyebarkan arsip budaya populer Indonesia.

Proyek Irama Nusantara merupakan sebuah inisiatif yang patut diapresiasi dan didukung oleh semua pihak yang peduli dengan musik populer Indonesia. Proyek Irama Nusantara telah melakukan pekerjaan yang sangat penting dan bermanfaat untuk menjaga warisan musik populer Indonesia agar tidak hilang atau terlupakan. Proyek ini juga telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan musik populer Indonesia saat ini dan masa depan. Irama Nusantara telah memberikan inspirasi dan edukasi bagi generasi muda Indonesia untuk lebih mengenal dan mencintai musik-musik lawas Indonesia yang merupakan bagian dari identitas bangsa. Terakhir, Proyek Irama Nusantara layak mendapat apresiasi dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia.