Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
Pemuda Peringgasela mengorganisir makanan dari setiap rumah untuk dibagikan kembali dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Besar Jami'atul Qudsiah (22/9/2024). Foto: Sande Firman
Pemuda Peringgasela mengorganisir makanan dari setiap rumah untuk dibagikan kembali dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Besar Jami'atul Qudsiah (22/9/2024). Foto: Sande Firman
Pemuda Peringgasela mengorganisir makanan dari setiap rumah untuk dibagikan kembali dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Besar Jami’atul Qudsiah (22/9/2024) | Foto: Sande Firman.

SELASWARA.COM — Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, masyarakat Lombok Timur, khususnya di Pringgasela Raya, menggelar tradisi yang selalu dinanti setiap tahunnya, yaitu 1.500 dulang dan kain tenun Pringgasela Raya, pada 22 September 2024. Perhelatan ini bukan hanya sekadar acara keagamaan, tetapi juga merupakan bentuk upaya melestarikan warisan leluhur yang telah menjadi perhatian nasional dan bahkan viral di media sosial.

Sejarah Tradisi 1.500 Dulang dan Kain Tenun Pringgasela Raya

Tradisi 1.500 dulang merupakan salah satu cara masyarakat Lombok Timur menghormati Nabi Muhammad SAW melalui simbol-simbol makanan dan pakaian yang disusun di atas dulang atau nampan besar. Setiap keluarga di Pringgasela Raya dan desa-desa sekitarnya membawa dulang berisi beragam makanan dan hiasan sebagai bentuk rasa syukur.

Selain makanan, tradisi ini juga diwarnai dengan kain tenun khas Pringgasela Raya, yang menjadi identitas budaya masyarakat setempat. Kain ini tidak hanya dipakai oleh para peserta prosesi, tetapi juga digunakan sebagai penghias dulang. Pringgasela telah lama dikenal sebagai sentra pengrajin kain tenun tradisional yang motif-motifnya sarat akan makna filosofis tentang kehidupan, alam, dan agama.

Rangkaian Maulid Nabi di Pringgasela Raya

Perayaan Maulid Nabi di Pringgasela Raya dimulai jauh sebelum acara puncak. Masyarakat setempat melakukan berbagai persiapan, seperti menghias dulang, menyiapkan pakaian tradisional, dan mengadakan doa bersama di masjid-masjid. Pada hari puncak, ribuan dulang diarak dari rumah-rumah menuju masjid utama atau lapangan tempat prosesi berlangsung. Dulang-dulang tersebut dihias dengan warna-warni mencolok serta makanan tradisional khas Lombok.

Tahun ini, salah satu yang menjadi sorotan adalah kain tenun Pringgasela Raya yang dikenakan para peserta serta menghiasi prosesi. Kain dengan motif tradisional yang dipadukan dengan desain modern ini telah mendunia melalui media sosial. Banyak netizen yang membagikan foto dan video tentang keindahan kain tersebut, menyoroti nilai estetika serta makna filosofis di baliknya.

Makna Filosofis dan Spiritual

Tradisi 1.500 dulang bukan hanya sekadar perayaan meriah, melainkan memiliki makna yang mendalam. Setiap dulang yang dibawa ke masjid merupakan simbol syukur atas berkah yang diberikan Allah SWT. Makanan yang disusun di atas dulang menggambarkan rezeki melimpah dan harapan agar masyarakat tetap hidup dalam kesejahteraan dan persatuan.

Sementara itu, kain tenun Pringgasela Raya melambangkan kekayaan budaya dan identitas masyarakat Lombok Timur. Setiap motif pada kain tersebut menyampaikan pesan-pesan moral, seperti kebijaksanaan, keharmonisan, dan hubungan manusia dengan alam. Beberapa motif yang sering digunakan, antara lain motif alam yang menggambarkan hubungan erat antara masyarakat dengan lingkungan mereka.

Respon Masyarakat dan Pemerintah

Viralnya tradisi 1.500 dulang dan kain tenun Pringgasela Raya di media sosial menarik perhatian masyarakat dari luar daerah, bahkan wisatawan mancanegara yang ingin menyaksikan langsung acara ini. “Pemerintah daerah turut mendukung promosi tradisi ini sebagai bagian dari agenda pariwisata budaya tahunan,” kata Kepala Desa Pringgasela, Azizan Zohri. Pemerintah juga memberikan dukungan kepada pengrajin kain tenun agar produk mereka semakin dikenal di pasar internasional.

Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur menambahkan, “Tradisi 1.500 dulang dan kain tenun Pringgasela Raya tidak hanya menjadi acara tahunan, tetapi juga upaya pelestarian budaya dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Dengan semakin populernya kain tenun di platform digital, kami optimis bisa mengangkat Lombok Timur sebagai destinasi wisata budaya unggulan di Indonesia.”

Harapan untuk Masa Depan

Viralnya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan tradisi 1.500 dulang dan kain tenun Pringgasela Raya diharapkan membawa dampak positif, tidak hanya bagi masyarakat lokal, tetapi juga bagi perkembangan budaya Indonesia secara keseluruhan. Perayaan ini menunjukkan betapa kayanya warisan budaya Nusantara yang harus terus dijaga dan dipromosikan di tengah arus modernisasi.

Menjaga kelestarian budaya lokal di era globalisasi menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan semakin dikenalnya tradisi ini di kancah internasional, diharapkan generasi muda semakin bangga terhadap warisan leluhur dan terus menghidupkan tradisi ini di masa depan.

Kesimpulan

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pringgasela Raya dengan tradisi 1.500 dulang dan kain tenun Pringgasela Raya bukan hanya sebuah acara keagamaan, tetapi juga wujud cinta masyarakat terhadap warisan budaya dan agama. Tradisi ini tidak hanya mengenang keteladanan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga merayakan kekayaan budaya yang diwariskan turun-temurun. Dengan semakin viralnya tradisi ini, baik di tingkat nasional maupun internasional, diharapkan budaya lokal semakin dihargai dan tetap lestari untuk generasi mendatang.