Dalam era digital yang semakin maju ini, seni pertunjukan silang media telah muncul sebagai sebuah bentuk yang menarik dan menjanjikan. Melalui penggabungan medium seperti tari, musik, teater, teknologi digital, dan elemen multimedia lainnya, seni pertunjukan silang media menciptakan pengalaman yang unik dan memperluas batasan tradisional seni pertunjukan.
Dalam esai ini, kita akan menjelajahi bagaimana seni pertunjukan silang media berinteraksi dengan teknologi digital dan memberikan dampak yang menarik bagi penonton.
Berangkat dari penelusuran sejarah seni silang media yang dapat saya telusuri yakni berakar pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya gerakan seni avant-garde dan eksperimental kala itu. Dimana beberapa titik penting dalam sejarah seni silang media ini diprakarsai oleh pelbagai gerakan diantara; Dadaisme (1916-1922).
Gerakan Dadaisme sediri adalah salah satu penggerak awal seni silang media. Para seniman Dada seperti Marcel Duchamp, Tristan Tzara, dan Man Ray menggabungkan berbagai medium dalam karya-karya mereka, termasuk seni visual, teater, puisi, fotografi, dan karya kolase. Mereka mengeksplorasi perpaduan antara kata-kata, gambar, objek, dan suara untuk menyampaikan pesan subversif dan menantang norma-norma seni konvensional.
Selanjutnya adanya gerakan Fluxus pada sekitar tahun 1960-an. Diaman gerakan Fluxus sendiri dipimpin oleh George Maciunas yang mengusung gerakan seni multidisiplin yang berpusat pada gagasan kehidupan sebagai karya seni. Seniman-seniman yang tergabung dalam gerakan fluxus seperti Nam June Paik, Yoko Ono, dan Joseph Beuys turut menciptakan karya seni yang menggabungkan elemen-elemen seperti seni visual, musik, teater, performa, dan konsep-konsep interaktif lainnya dalam karya-karya mereka.
Gerakan ini menekankan pada partisipasi aktif dari penonton dalam karya seni dan menghapus batasan-batasan tradisional antara medium seni yang berbeda.
Lalu kita berlanjut pada istilah seni multimedia yang terjadi sekitar tahun 1970-an dan seterusnya, yang dalam beberapa dekade terakhir semakin berkembang sesuai dengan semakin majunya perkembangan teknologi digital dan komputer saat ini yang juga telah memainkan peran besar dalam pengembangan seni silang media hingga dewasa ini.
Dengan adanya komputer, seniman dapat menggabungkan elemen-elemen seperti teks, gambar, suara, video, dan interaktivitas dalam karya-karya mereka. Seniman seperti Laurie Anderson, Bill Viola, dan Lynn Hershman Leeson adalah beberapa nama yang telah menjadi tokoh-tokoh terkenal dalam penggunaan teknologi digital dan multimedia dalam karya seni mereka sejauh ini.
Jadi, seni silang media (intermedia art) merujuk pada praktik seni yang menggabungkan atau menyilangkan pelbagai media atau disiplin seni. Ini melibatkan penggabungan elemen-elemen dari seni visual, seni pertunjukan, media digital, musik, sastra, dan bentuk ekspresi seni lainnya.
Seni silang media sering kali melampaui batasan-batasan atas sajian seni pertunjukan tradisional dan mengeksplorasi interaksi antara media yang berbeda untuk menciptakan pengalaman seni yang unik dan inovatif.
Seni silang media sebagai wacana kebebasan kreatif yang ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut;
Pertama, ia selalu ditandai dengan adanya proses kolaborasi, yakni dengan mengkolaborasikan elemen-elemen dari pelbagai media, seperti seni visual, musik, teater, film, dan lainnya.
Kolaborasi seperti ini memungkinkan pelaku seni untuk berbagi ide, teknik, dan pengalaman melintasi batas-batas tradisional media, yang pada gilirannya mendorong kebebasan kreatif. Kolaborasi semacam ini dapat menghasilkan karya yang unik dan inovatif.
Kedua, karya yang dihasilkan cenderung pada proyeksi inovasi teknologi: Seni silang media sering kali melibatkan pemanfaatan teknologi baru dan berkembang untuk menciptakan pengalaman seni yang menarik.
Penggunaan teknologi seperti proyeksi holografik, realitas virtual, augmented reality, dan interaksi digital misalnya akan dapat memperluas batasan konvensional seni yang selama ini umum diketahui.
Hal ini kemudian memberikan kesempatan bagi seniman dan kreator untuk bereksperimen dengan media baru dan menciptakan pengalaman yang tak terduga, mendorong kebebasan kreatif dalam menciptakan karya seni dalam jangkauan yang lebih luas.
Ketiga, seni silang media juga ditandai dengan adanya perluasan batasan tradisional; dengan seni silang media, batasan-batasan tradisional antara seni rupa, musik, tari, teater, dan media lainnya menjadi kabur.
Ini memberikan kesempatan bagi seniman untuk berpindah dari satu medium ke medium lainnya dan menggabungkan elemen-elemen dari berbagai seni dalam karya mereka. Dengan menghapus batasan-batasan ini, seniman memiliki kebebasan yang lebih besar untuk mengekspresikan ide-ide mereka secara kreatif dan inovatif.
Kempat, terjadinya dialog dan refleksi; seni silang media dapat membangkitkan dialog dan refleksi yang dalam tentang isu-isu sosial, politik, dan budaya. Dengan menggabungkan elemen-elemen dari berbagai media seperti yang disebutkan di atas, seni ini dapat menghasilkan narasi yang kompleks dan multidimensional.
Ini dapat mendorong penonton atau pendengar untuk berpikir secara kritis, mempertanyakan pandangan mereka, dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang dunia di sekitar mereka.
Dengan cara ini, seni silang media dapat memberikan ruang untuk kebebasan kreatif dalam menerangi, menggugah, dan merangsang pemikiran kreatif kearah yang lebih maju.
Kelima, ditandai dengan adanya upayan pembongkaran hierarki; proyeksi seni silang media juga dapat membantu memecah hierarki dan struktur konvensional yang ada dalam dunia seni itu sendiri.
Dalam seni silang media, tidak ada medium yang dianggap lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, semua media tersebut sama pentingnya, menghilangkan satu bagian dari penggunaan media yang disilang justeru akan merusak esensinya.
Ini memungkinkan kreator untuk menjelajahi lebih dalam peran pelbagai media dengan kebebasan penuh, tanpa tekanan konvensional atau batasan hierarkis. Sekali lagi ini membuka pintu bagi keberagaman kreatif dan inovasi di dalam dunia seni.
Berikut adalah beberapa contoh dari karya seni silang media yang lazim diketahui dewasa ini;
Seni instalasi Interaktif: Misalnya si seniman menciptakan instalasi seni yang melibatkan penggunaan elemen visual, suara, dan interaksi langsung. Pengunjung dapat berinteraksi dengan instalasi tersebut, meresponsnya, atau mengubahnya melalui gerakan tubuh, suara, atau teknologi yang diterapkan padanya.
Seni Digital: Seni digital memanfaatkan teknologi digital dan media seperti komputer, proyektor, sensor, atau perangkat elektronik lainnya untuk menciptakan karya seni yang berinteraksi dengan pemirsa. Ini bisa berupa karya animasi, seni generatif, atau instalasi multimedia yang berbasis teknologi elektronik lainnya.
Teater Multimedia: Teater multimedia menggabungkan elemen teater, musik, dan proyeksi visual untuk menciptakan pengalaman pertunjukan yang holistik. Ini bisa melibatkan penggunaan efek khusus, video, dan elemen visual lainnya untuk memperkuat narasi dan ekspresi artistik.
Konvergensi teknologi digital telah memungkinkan seniman untuk menciptakan karya seni yang melampaui batasan media tradisional.
Puisi Multimedia: Puisi multimedia memadukan kata-kata dengan elemen audiovisual seperti gambar, video, atau musik. Ini menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan multi-sensori dalam menghadapi karya puisi. Berikut beberapa nama seniman yang pernah membuat puisi multimedia sebagai referensi kita diantaranya;
Nam June Paik: Seorang seniman video dan pionir seni media, Nam June Paik dikenal karena eksplorasinya dalam menggabungkan seni visual dan teknologi elektronik. Karya-karyanya mencakup instalasi video, karya seni elektronik, dan kolaborasi dengan musisi untuk menciptakan pengalaman audiovisual yang unik.
Maya Deren: Seorang sineas eksperimental dan penulis puisi, Maya Deren menciptakan karya-karya yang memadukan film dan puisi dalam cara yang inovatif. Karyanya sering menggabungkan tata gerak yang kuat dengan kata-kata puisi yang terdengar dalam narasi atau dijelaskan dalam subtitle.
Jenny Holzer: Seorang seniman instalasi dan penulis, Jenny Holzer terkenal karena karyanya yang menggunakan teks dan proyeksi dalam karya seni multimedia. Dia sering menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat pendek yang kuat untuk menyampaikan pesan politik dan sosial dalam karya-karyanya dan lain-lain
Jadi, setelah berangkat dari ide penciptaan dan ekspansi media baru yang terus dihadapi para seniman hingga dewasa ini, akhirnya telah tampak dihadapan kita para seniman multimedia art tengah melahirkan buah karya yang berlandaskan kemajuan teknologi yang terus menghasilkan media baru dan tengah pula menjadi landasan bagi karya seni silang media.
Sebagamana internet, realitas virtual, augmented reality, dan media sosial misalnya, ia tengah berhasil membuka ruang baru bagi seniman tadi untuk mengeksplorasi interaksi antara media tersebut dan menciptakan karya seni yang berhubungan dengan pengalaman digital dan virtual.
Dengan demikian dalam keseluruhan penggunaan istilah seni silang media yang lazim diketahui dewasa ini, kehadirannya selama ini sangat berpotensi sebagai wacana baru atas kebebasan kreatif dengan mendorong kolaborasi, inovasi teknologi, perluasan batasan tradisional, dialog dan refleksi, serta pembongkaran hierarki seperti yang tengah disebutkan sebelumnya.
Artinya ada peluang besar dalam proses pencapaiannya, bahwa seni silang media justeru tetap membuka ruang baru sebagai ruang ekspresi kreatif yang lebih bebas dan menantang sesuati dengan tuntutan zaman.
Sehingga penting sekali bagi para seniman di Lombok ini, agar dapat mengintegrasikan elemen-elemen dari berbagai media tersebut untuk menciptakan karya seni sebagai wacana baru penciptaan seni yang menggabungkan sejumlah media tersebut sebagai satu kesatuan seni silang media atas penciptaan yang tak lagi dapat dipisahkan.
Seni pertunjukan silang media dalam era digital menggabungkan medium dan teknologi dengan cara yang menarik dan inovatif.
Melalui penggabungan media, interaksi manusia-teknologi, pengalaman multisensori, serta inovasi dan perkembangan yang terus-menerus, seni pertunjukan silang media memberikan pengalaman yang unik dan memperluas batasan-batasan tradisional seni pertunjukan.
Dengan meningkatnya teknologi digital, seni pertunjukan silang media menjadi ruang yang subur bagi eksplorasi kreatif dan menghadirkan pertunjukan yang mengesankan bagi penonton modern.
Oleh Yuspianal Imtihan, M.Sn
Sawing 2 Juli 2023
Yuspianal Imtihan, M.Sn lahir di Kelayu pada tanggal 13 April. Aktif sebagai dosen seni di Universitas Hamzanwadi. Di luar kampus, ia juga aktif sebagai pegiat seni pertunjukan, penulis naskah teater, esai seni, juga vokalis sebuah group band di Lombok Timur.
Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan sikap editorial Selaswara.