Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

SELASWARA.COM — Selaswara mengadakan Ngobrol Buku Handoko Hendroyono, Artisan Brand: Kenapa Begitu Penting? di Desa Tenun, Pringgasela Raya, Lombok Timur. Acara ini coba membedah ide dan praktik kesuksesan Handoko di dunia kreatif dan menjadi bahan refleksi pelaku kreatif pada tingkat lokal di tempat masing-masing.

Moderator membuka diskusi ini dengan pertanyaan mengenai apasih Artisan Brand dari buku tersebut. Ahmad Ferry selaku pemateri menerangkan bahwa mereka adalah generasi optimis yang memajukan brand lokal dengan lintas disiplin, mulai dari arsitektur hingga seni rupa. “Contohnya Filosofi Kopi, Mas Handoko juga tentang Creative Hub atau yang menghubungkan kreatif A dan B sehingga terbentuk kolaborasi,” terangnya.

Pria yang juga seorang Solois Bedanada ini juga menerangkan bahwa kita harus menjadi aktivis brand lokal yang aktif mendorong dunia kreatif seperti halnya Handoko Hendroyono. “Semangat movement amat terasa dalam kerja tim, dan menjadi landasan berkembangnya konten Filosofi Kopi dari cerpen menjadi film, musik, kedai, hingga merchandise.Kini spirit itu tak terpisahkan.” Kutipnya dari buku tersebut.

Moderator coba melempar pertanyaan pada peserta. Bayu, Redaktur Musik dan Gaya Hidup  Selaswara.com menayakan tentang komunitas Seponjol, apakah komunitas tersebut sudah seperti konsepnya Handoko atau belum?

Ferry mengatakan tidak. Sebab dalam praktiknya masih konvensional dan hanya ada ketika ada peristiwa event atau tidak berkelanjutan dan tidak adanya kurasi pada brand tersebut.

Salah seorang peserta yang juga seorang musisi Dian Jrenk bertanya tentang kemungkinan Creative Hub di Lombok Timur (Lotim). Ferry menjawab bahwa generasi sekarang adalah generasi yang dekat dengan hal kreatif hingga ada peluang atau potensi ini bisa diwujudkan.

Ferry juga memaparkan dampak dari brand lokal itu untuk melawan dominasi kapital asing. Lotim punya potensi untuk hadir dan tumbuh bersama. “M Bloc itu merupakan revitalisasi aset negara yang terbengkalai,” terang Ferry ikhwal potensi ruang yang terbengkalai milik pemerintah.

Selain itu, peserta diskusi juga menceritakan tentang potensi komunitas kreatif di Malang, Jogja, khusunya Lombok Timur seperti Di Luar Jendela, Pepadu Badjang, Nyala Fest. Rencananya Selaswara akan melanjutkan diskusi ini tentang Penciptaan Ruang Kreatif yang akan menghadirkan narasumber Handoko Hendroyono.