Sastra & Seni Budaya

Puisi-Puisi Sultan Musa

Written by redaksi.selaswara · 1 min read >

TARHIB GUNUNG

kujumpai engkau sebagai gunung
teraduk bersumbu kebaikan
bercengkerama sederhana di benakku

pada elok engkau masih di sana
saat itu pula kutersenyum
menemukan diri sendiri
dan restu menabur jejak
; sesederhana menemukan kekuatan berserah dan pasrah

sepenuh hati mendengar
bersabda erat jawaban Ilahi
tersirat selaras doa
memeluk harapan tak terbatas
pun bila petuah itu hilang
; akan kucari tunak jawabannya!
(tetaplah bertabur bijak bersama cerita alam
dan jangan pernah untuk menuntaskannya)

-2024

****

ISMUHU JAUHARI SEDANG MENCARI TUHAN

-sebuah hikayat Si Pendosa

ketika menyergap hati
dingin kerinduan hamba
di atas bayang raung emosi
karena gelap disapa senja

seseorang yang berbenah
halaman demi halaman
diatas juang lembaran Ilahi
hanya ingin berbagi cerita

ya Jauhari namanya,
berusaha mengembalikan apa yang dipinjam dari-Nya

dalam bercak waktu
memperbaiki perahunya
banyak yang tua dan kusam di sini
namun ia betah dalam kegelisahan
menunggu datangnya alasan
untuk tetap dalam pelukan-Nya

pada titik tertentu
semilir riuh di antara
menakar ufuk menyingsing
‘aku hanya ingin memohon, tidak berakhir jauh dari-Mu’

dalam sukarnya dunia
(jerit dalam hati)
akulah hamba-Mu
peluh dosa namun inginkan surga,
ketika salah tak ada rasa sesalku

akulah hamba-Mu
riuh sombong namun tak inginkan neraka
ketika benar tak ada iba rendahku

(Tuhan pun menjawab)
aku selalu bersamamu,
tapi sujudmu selalu singkat

pintuku selalu terbuka,
bagi hamba yang tak pernah lelah meminta

-2024

****

MERAYAKAN CINTA SENANDUNG KEBAJIKAN

di tengah deru waktu yang mencekik leher bumi
bersuluhlah cinta sedang merayu kehidupan

selaras cerita nasehat Mamak
menyapa serupa bisikan lembut
entah kapan persisnya
suara Mamak ada dimana-mana
‘cinta bukan sekadar kasih sayang,
namun menelisik lebih dalam
menghidupkan jiwa’

pun ketika dunia meretak
lewat cinta ada hati tersenyum

begitu pula kala beban menggelayut
lewat cinta ada doa tersirat

semua menyatu temukan maqamat
bermula dari cerita nasehat Mamak
aku jajaki senandung kebajikan
memeluk cinta tak pernah penat

bukan sekedar mengingat,
tapi menjaga bara agar tak menyerah

menemukan lentera makna

ketahuilah cinta meramunya
membisikkan ‘percayalah, kau mampu melangkah’

-2025

****

DAN  AKU  TETAP  MENULIS  SYAIR

aku  menulis  syair
bukan  karena  mencintai  syair
tapi  rintihan  kebenaranlah  membawaku 
lewat  syair  hamba  mengucapkan  keyakinan
menggiring  titah  kebenaran
meluluhlantakkan  ketidakadilan
dan  aku  pun di  dalam  batu  kebijaksanaan
meski  kadang  terperangkap,  menganga  tak  berkutik

dan  syair  melabuhkanku
dipapas  sinar  sunyi  senyap
perlahan  menerangi  keikhlasan
dan  dihadang  ketulusan
menghampar  sejauh  melempar  syair 

begitu  adanya
pada  sudut  berbeda, menyatu  dan  tinggal,
terjaga  di  penghujung  sebuah  titik

riuh  oleh  waktu  yang  menyatu
atau  lekuk  sesal  yang  tertinggal
dan  aku  tetap  menulis  syair

-2021

****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *