TARHIB GUNUNG
kujumpai engkau sebagai gunung
teraduk bersumbu kebaikan
bercengkerama sederhana di benakku
pada elok engkau masih di sana
saat itu pula kutersenyum
menemukan diri sendiri
dan restu menabur jejak
; sesederhana menemukan kekuatan berserah dan pasrah
sepenuh hati mendengar
bersabda erat jawaban Ilahi
tersirat selaras doa
memeluk harapan tak terbatas
pun bila petuah itu hilang
; akan kucari tunak jawabannya!
(tetaplah bertabur bijak bersama cerita alam
dan jangan pernah untuk menuntaskannya)
-2024
****
ISMUHU JAUHARI SEDANG MENCARI TUHAN
-sebuah hikayat Si Pendosa
ketika menyergap hati
dingin kerinduan hamba
di atas bayang raung emosi
karena gelap disapa senja
seseorang yang berbenah
halaman demi halaman
diatas juang lembaran Ilahi
hanya ingin berbagi cerita
ya Jauhari namanya,
berusaha mengembalikan apa yang dipinjam dari-Nya
dalam bercak waktu
memperbaiki perahunya
banyak yang tua dan kusam di sini
namun ia betah dalam kegelisahan
menunggu datangnya alasan
untuk tetap dalam pelukan-Nya
pada titik tertentu
semilir riuh di antara
menakar ufuk menyingsing
‘aku hanya ingin memohon, tidak berakhir jauh dari-Mu’
dalam sukarnya dunia
(jerit dalam hati)
akulah hamba-Mu
peluh dosa namun inginkan surga,
ketika salah tak ada rasa sesalku
akulah hamba-Mu
riuh sombong namun tak inginkan neraka
ketika benar tak ada iba rendahku
(Tuhan pun menjawab)
aku selalu bersamamu,
tapi sujudmu selalu singkat
pintuku selalu terbuka,
bagi hamba yang tak pernah lelah meminta
-2024
****
MERAYAKAN CINTA SENANDUNG KEBAJIKAN
di tengah deru waktu yang mencekik leher bumi
bersuluhlah cinta sedang merayu kehidupan
selaras cerita nasehat Mamak
menyapa serupa bisikan lembut
entah kapan persisnya
suara Mamak ada dimana-mana
‘cinta bukan sekadar kasih sayang,
namun menelisik lebih dalam
menghidupkan jiwa’
pun ketika dunia meretak
lewat cinta ada hati tersenyum
begitu pula kala beban menggelayut
lewat cinta ada doa tersirat
semua menyatu temukan maqamat
bermula dari cerita nasehat Mamak
aku jajaki senandung kebajikan
memeluk cinta tak pernah penat
bukan sekedar mengingat,
tapi menjaga bara agar tak menyerah
menemukan lentera makna
ketahuilah cinta meramunya
membisikkan ‘percayalah, kau mampu melangkah’
-2025
****
DAN AKU TETAP MENULIS SYAIR
aku menulis syair
bukan karena mencintai syair
tapi rintihan kebenaranlah membawaku
lewat syair hamba mengucapkan keyakinan
menggiring titah kebenaran
meluluhlantakkan ketidakadilan
dan aku pun di dalam batu kebijaksanaan
meski kadang terperangkap, menganga tak berkutik
dan syair melabuhkanku
dipapas sinar sunyi senyap
perlahan menerangi keikhlasan
dan dihadang ketulusan
menghampar sejauh melempar syair
begitu adanya
pada sudut berbeda, menyatu dan tinggal,
terjaga di penghujung sebuah titik
riuh oleh waktu yang menyatu
atau lekuk sesal yang tertinggal
dan aku tetap menulis syair
-2021
****
SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda – Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media online & media cetak Nasional maupun Internasional. Karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Dan puisinya terpilih juga pada event “Challenge Heart and Art for Change” Collegno Fòl Fest Turin – ITALIA (2024). Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Untuk bersilaturahmi bisa melalui Instagram : @sultanmusa97