Musik

Pewira Memperkenalkan “Tangan Biru”: Lagu yang Lahir dari Sebuah Gerakan Komunitas Kemanusiaan

Written by admin IJK · 2 min read >

SELASWARA.COM – Manusia mengenal dunia dengan berpikir, itu sebabnya mereka selalu sibuk mencari makna hidup ini yang kemudian dipresentasikan lewat berbagai cara dan media. Salah satunya adalah musik. Pencarian makna tentang kehidupan akan terus dilakukan manusia sepanjang mereka bisa berpikir dan menghayati lingkungannya.

Para musisi terus melakukan itu, sebab tugas utama para seniman musik adalah berkarya, menghasilkan representasi yang baik dalam karyanya. Pewira, musisi asal Lombok Timur, tentu saja terus melakukan hal demikian. Melalui genre musik folk-pop-nya, ia berupaya menghadirkan refresentasi yang diupayakan terkesan filosofis di telinga pendengarnya. Dan itu bisa kita lihat di persembahan barunya tahun ini, yakni “Tangan Biru”—sebuah lagu yang tidak hanya dinikmati, tapi begitu pantas dihayati.

Terinspirasi dari perjalanannya bersama komunitas sosial Tangan Biru, karya ini menjadi semacam doa kecil bagi mereka yang ingin tetap waras di tengah hiruk-pikuk dunia, kesibukan-kesubukan politik, dan semacamnya, sekaligus pengingat sederhana: menjadi manusia yang memanusiakan manusia.

“Lagu ini lahir dari pergerakan. Dari tangan-tangan (Komunitas Tangan Biru) yang bekerja dalam diam, dari mereka yang belajar peduli sebelum dipedulikan,” ujar Pewira.

Ia meyakini bahwa lagu ini akan menciptakan ruang tenang saat didengar bagi siapapun yang masih percaya pada hal-hal baik.

“Bukan dari ruang studio, bukan pula dari meja kerja, Tangan Biru lahir dari lapangan sosial —

dari interaksi, peluh, dan empati,” lanjutnya.

Lagu Tangan Biru ini, ungkap Pewira, dikerjakan sekali duduk pada 2022, di tengah aktivitasnya bersama komunitas yang kerap turun langsung membantu sesama. Ia menyebut suasana hatinya saat menulis lagu ini sebagai tenang, sebab baginya, menulis lagu adalah melatih kesadaran kepada seubah titik yang ia sebut ‘belajar dari hal kecil untuk menyuarakan isi hati, lalu menyalurkannya kepada sang manusiawi’.

“Meski tercipta spontan, Tangan Biru menunggu penuh sebelum dirilis pada 2025 — seolah ikut berpuasa, menyiapkan waktu yang paling jujur untuk lahir,” ungkapnya lagi.

Baginya, begitu panjangnya menanti tahun perilisan lagu ini menjadi simbol penting dalam lagunya. Ia menyebut hal itu dengan pengungkapan yang retorik dan dengan personifikasi yang puitik: ‘lagu ini memilih diam dulu seperti harus sempat menjadi manusia dulu sebelum di dengar manusia.

Secara musikal, Tangan Biru berakar pada folk, tapi Pewira menyebutnya sebagai pendekatan mental, bukan genre. “Tidak ada ornamen rumit, tidak ada ambisi teknis — hanya ruang kosong bagi kata dan rasa untuk saling bicara,” terangnya

Karya ini menandai babak baru dalam perjalanan Pewira: dari karya-karya berunsur etnik menuju bentuk yang lebih sunyi, lebih personal. “Meski tak ada unsur tradisi, nuansanya tetap hidup. Karena akar tradisi bukan pada bunyi, tapi pada cara kita memaknai,” lanjutnya.

Dan bagi Pewira, Tangan Biru bukan sekadar lagu, melainkan ruang berpikir dan rehat.

“Kalau lagu ini adalah seseorang, dia sedang mengajak kita rehat dan berpikir waras di saat ia pelan-pelan menyentuh gendang telinga kita,” yakinnya.

Pewira ingin lagu ini didengar bukan hanya dengan telinga, tapi juga dengan hati. Ia menulisnya secara universal agar setiap orang dapat menafsir sesuai kisahnya sendiri. Ia membayangkan ketika pendengar menyimak lagu ini, mereka akan menemukan dirinya sendiri di lagu ini, mungkin di satu kata, atau bahkan di jeda antar-nada.

Dalam proses kreatifnya, Pewira dibantu Gery (keyboard) dan Alfian Bakti (komposisi). Ia juga memberi penghargaan khusus pada komunitas Tangan Biru, rekan-rekan yang menjadi fondasi semangat lagu ini, serta Pepadu Badjang yang mempublikasikannya ke platform digital.

Bagi Pewira, kolaborasi ini bukan sekadar kerja musikal, tapi perpanjangan dari nilai-nilai yang ia hidupi.

“Lagu ini bukan tentang saya. Ini tentang kita, tentang tangan-tangan yang masih mau

menyentuh dengan rasa.”

Tentang “Tangan Biru”

  • Artis: Pewira
  • Judul: Tangan Biru
  • Genre: Folk / Reflektif
  • Tahun Pembuatan: 2024
  • Rilis Resmi: 25 September 2025
  • Kolaborator: Gery (Keyboard), Alfian Bakti (Komposisi)
  • Publikasi: Pepadu Badjang

Tangan Biru kini dapat didengarkan di seluruh platform digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *