Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
artwork
artwork

SELASWARA.COM — Grup musik eksperimental Kalateja, merilis single perdana berjudul “Pidato Kematian” pada 9 September 2023. Kalateja yang merupakan pemain baru di kancah musik Lombok Timur ini menawarkan alternatif baru berupa bunyi-bunyian yang unik. Dipadukan dengan suara lantang dari sang vokalis, Kalateja seolah menjadi sebuah warna baru yang tidak boleh dilewatkan.

Kalateja dan pabrik bunyi-bunyian

Alih-alih membawa label beken berupa band, Kalateja lebih memilih menyebut diri mereka sebagai “pabrik bunyi-bunyian.” Alasannya sederhana, sebab Kalateja menggunakan berbagai instrumen perkusi untuk menciptakan kombinasi suara yang unik dan eksperimental.

Sedikit informasi, instrumen perkusi merupakan alat musik yang ketika dipukul, digoyang, atau tindakan lainnya bakal menghasilkan suara. Beberapa Instrumen perkusi yang digunakan Kalateja: glockenspiel, tamborine, rain stick, kalimba, marakas, dan shaker.

Kalateja dibentuk pada Februari 2023, setelah meletusnya perang Rusia-Ukraina. Namun lokasi terbentuknya bukan di belahan bumi utara nun jauh sana, melainkan di Reban Tebu, sebuah tempat dimana batu pertama Kalateja diletakkan.

Personel Kalateja terdiri dari empat orang, Ambon sebagai vokalis sekaligus bertindak sebagai akustik gitar, Muzayyin sebagai elektrik gitar, Sisik dengan pianika dan glockenspiel, dan Aceng sebagai penghasil suara instrumen perkusi. Dengan komposisi yang tak biasa ini, Kalateja menyuguhkan pengalaman mendengarkan musik yang segar.

pidato kematian

Single Perdana Pidato Kematian

Vokalis Kalateja, Ambon, menulis single “Pidato Kematian” 5 tahun lalu. Lagu ini terinspirasi oleh kematian seseorang yang dekat dengannya. Namun, jangan salah sangka, lagu ini bukanlah lagu yang melulu sedih dan muram. Justru sebaliknya, lagu ini ingin menyampaikan pesan positif bahwa segala kesedihan, kekecewaan, kepatah-hatian, keputusasaan, dan hal-hal pedih lainnya yang terjadi dalam hidup pada akhirnya akan baik-baik saja.

Lagu ini juga mengkritik fenomena “duck syndrome” yang sering dialami oleh banyak orang. Duck syndrome sendiri kondisi psikologis ketika seseorang terlihat baik-baik saja di permukaan, tetapi sebenarnya sedang mengalami kesulitan atau kesedihan di dalam.

Istilah tersebut berasal dari analogi seekor bebek yang berenang seolah sangat tenang, tetapi kakinya berjuang keras untuk bergerak agar tubuhnya tetap bisa berada di atas permukaan air.

Ambon selaku vokalis, menceritakan proses kreatif terbentuknya Pidato Kematian hingga menjadi sebuah lagu.

“Mulai tak seriusin itu waktu shownya anak-anak Standup Lotim, judul shownya itu pidato kematian. Nah, cocoklah sama lagu yang aku bikin itu. Barulah diseriusin nadanya, part-partnya, aransemennya, versi akustik, plus judulnya tak tetapin jadi pidato kematian.” cerita Ambon.

Namun saat itu, rancangan awal pidato kematin masih belum diolah, dan baru dilanjut hingga Kalateja terbentuk.

“Tapi lagu itu [pidato kematian] ngendap gitu aja karena nggak diapa-apain. Sampai akhirnya ketemu sama temen-temen, barulah lagu itu kita seriusin aransemennya.” lanjut Ambon.

Kalateja mengajak para pendengarnya untuk meluapkan sakit yang dirasa, tetapi tidak untuk larut terlalu lama. Mereka juga mengingatkan bahwa masih ada harapan dan alur baru yang menunggu di depan.

Aransemen Musiknya

Single “Pidato Kematian” ini memiliki aransemen musik yang menarik dan segar. Kalateja berhasil menggabungkan instrumen-instrumen perkusi yang beragam dengan gitar, pianika, glockenspiel, dan instrumen perkusi. Suara vokal Ambon juga terdengar dengan jelas nan emosional. Mengenai lirik, lagu ini pun cukup sederhana tapi mengena di hati. Salah satu bait yang paling menonjol adalah:

Lupakan saja// luapkan dalam sebentar// Larut di dalam masalah takkan membuatmu tenang// Awas Duck Syndrome!// Kuburlah sedihmu teman// Dan dengarkan… Pidato kematian///

Sedangkan salah satu anggota Kalateja, Sisik, mengatakan bahwa pemaknaan lagu tersebut sebenarnya begitu sederhana.

“Lagu ini tidak seseram judulnya. Maksud saya, judulnya seakan akan ngeri sekali karena ada kata kematian. Dan juga di sebelumnya ada kata ‘Pidato’ lagi …. padahal, di lagu itu tidak ada hal yang dapat dikatakan menggambarkan kematian, tetapi hanya terkait harapan yang pupus, sesimpel itu.”

Sisik juga mengatakan bahwa penggunaan instrumental perkusi di Kalateja dapat menjadi ciri khas dari grup musik lainnya.

“Aransemen dari Kalateja juga tidak kalah menarik, dengan konsep bunyi-bunyiannya, orang-orang akan menjadi cepat identik dengan Kalateja ketika mendengar gubahan aransemen dari mereka.”

Terakhir, single “Pidato Kematian” ini telah tersedia dan dapat didengarkan di seluruh layanan musik digital. Jika kamu penasaran dengan pabrik bunyi-bunyian Kalateja, kamu bisa mengunjungi akun media sosial mereka di @kalatejaku.