Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
Masyarakat Pringgasela mengenakan kain tenun saat usai melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Jami'atul Qudsiah Pringgasela, Senin (17/06). Foto: Imam/Selaswara.
Masyarakat Pringgasela mengenakan kain tenun saat usai melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Jami'atul Qudsiah Pringgasela, Senin (17/06). Foto: Imam/Selaswara.
Masyarakat Pringgasela Raya terlihat mengenakan kain tenun saat melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Jami’atul Qudsiah Pringgasela Raya, Senin (17/06). Foto: Imam/Selaswara.

SELASWARA.COM, Pringgasela Raya — Dalam rangka mendukung suksesnya event “Alunan Budaya Desa Ke-8” pada Program Karisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, masyarakat Pringgasela Raya berhasil melaksanakan perayaan Idul Adha dengan menggunakan kain tenun Pringgasela Raya.

Program ini merupakan bagian dari gerakan “Idul Adha dan Jumat Berkain Tenun Pringgasela” yang bertujuan untuk melestarikan dan mengangkat budaya tenun Pringgasela Raya. Gerakan tersebut diharapkan dapat memperkuat identitas budaya dan menarik perhatian wisatawan.

Menurut Ahmad Feryawan, Ketua Alunan Budaya Desa 8, gerakan ini telah menjadi salah satu daya tarik utama festival Alunan Budaya Desa yang akan berlangsung dari 13 hingga 20 Juli 2024 di Lapangan Umum Pringgasela Raya dan Tugu Perjuangan Pringgasela Raya.

“Mari kita sukseskan Gerakan Idul Adha dan Jumat Berkain Tenun Pringgasela sebagai bentuk dukungan kita untuk kesuksesan event Alunan Budaya Desa Ke-8,” ujar Fery.

Program ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, yang menganggap penggunaan kain tenun sebagai simbol dari kekayaan budaya Indonesia.

Keterlibatan Masyarakat

Partisipasi aktif masyarakat Pringgasela Raya dalam gerakan ini menunjukkan kekompakan dan kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya. Dengan slogan “Bangga Memakai Kain Tenun Pringgasela Raya,” gerakan ini diharapkan dapat menggema hingga ke luar daerah, bahkan ke mancanegara.

Husna, salah satu warga Pringgasela Raya, menyambut gembira gerakan ini. 

“Menjelang Hari Raya, biasanya kami di Pringgasela memasak bulayak dan sate pusut. Tidak lupa menyiapkan pakaian terbaik yang kami punya, salah satunya Kain Tenun Pringgasela. Ibu memang serba bisa. Ibu tidak hanya memasak untuk kami makan, ia juga menenun kain untuk kami kenakan. Jadilah makanan terlezat dan pakaian terbaik yang kami punya. Tapi, saya masih bingung mau pakai kain tenun yang mana,” tulis Husna di akun media sosialnya.

Hidayati Sahri, warga lainnya, juga merasakan keistimewaan lebaran kali ini. “Demen ku lebaran kali ene i, Spesial rasa a. Selapuk dengan diskusiang kereng si gin na kdu. Badek ku ja si ndek wah ngadu a. Gin na buek sugul jemak ene ja. Si kojor ngembu bulun nen ta buek gin na kadu. Alhamdulillah kah. Semangat warga pringgasela,” ungkap Hidayati di akun media sosialnya.

Atau yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia seperti ini, “Aku sangat bahagia lebaran tahun ini, terasa sangat spesial. Semua orang mendiskusikan kain yang akan digunakan. Saya rasa kain yang tidak pernah dipakai akan digunakan semua oleh sanak keluarga. Alhamdulilah, semanagat warga Pringgasela.”

Fery menutup wawancara dengan mengingatkan bahwa ini merupakan momen sakral yang sampai bikin bergidik baginya.

“Ini bagian moment paling sakral. Kain ini memang bernyawa. Jadi begitu viralnya di sosial media tentang ragi atau motif apa yang akan mereka gunakan hari raya. Merinding.” tutup Fery.