Upaya Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) melalui program “Power to You(th)” menunjukkan hasil yang menggembirakan dalam meningkatkan pemahaman kesehatan reproduksi dan seksualitas di kalangan remaja Lombok Timur. Temuan signifikan ini diungkapkan dalam pertemuan dan diskusi rutin Pendidik Sebaya yang digelar YGSI di Ballroom Kantor Bupati Lombok Timur, Selasa (18/6).
Program “Power to You(th)” (PtY), yang telah bergulir sejak 2021 dengan dukungan Kementerian Luar Negeri Belanda, secara konsisten berfokus pada pemberdayaan generasi muda, khususnya perempuan. Tujuannya adalah mendorong mereka untuk lebih percaya diri dalam menyuarakan hak-haknya, membuat keputusan mandiri, dan melindungi diri dari praktik-praktik berbahaya terkait kesehatan reproduksi.
Sejak 2022, inisiatif ini telah mengimplementasikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) di empat sekolah percontohan di Lombok Timur. Data monitoring dan evaluasi (monev) tahun 2024 menunjukkan dampak nyata: sebanyak 957 siswa kelas 7 dan 8 di sekolah intervensi mengalami peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang signifikan setelah menerima edukasi dari guru PKRS.
Meredakan Tabu, Meningkatkan Kepercayaan Diri
Dampak positif dari edukasi ini sangat dirasakan langsung oleh para siswa. Julita Hanini contohnya, seorang siswi SMPN 1 Jerowaru. Ia merasakan dampak edukasi tersebut dalam dirinya, lebih utamanya dia merasakan percaya diri pada dirinya ketimbang sebelum edukasi itu belum ada di sekolahnya.
“Dulu saya merasa malu sebagai perempuan membahas sistem reproduksi saya. Nama-nama dari sistem reproduksi perempuan di desa saya sangat tabu disebutkan. Bahkan ketika menstruasi, saya malu mengatakannya kepada ibu saat ingin pembalut. Tapi dengan edukasi ini, batasan ketabuan itu tidak ada lagi. Ini membuat kami, para siswi perempuan, merasa percaya diri dengan sistem reproduksi kami,” tutur Julita Hanini, siswi SMPN 1 Jerowaru, mengungkapkan perasaannya.
Senada dengan itu, Novia Wahyu Putri, seorang guru PKRS dari SMPN 1 Jerowaru, juga melihat perubahan positif pada siswanya. “Kami memberikan edukasi kepada siswa tentang bahaya pernikahan anak, bullying, dan kekerasan berbasis gender dan seksual. Edukasi ini tidak hanya bermanfaat bagi target program, tetapi juga bagi kami sebagai pendidik,” jelas Novia. Ia menambahkan bahwa kini diskusi tentang sistem reproduksi tidak lagi menjadi hal yang tabu, dan siswa mampu menerima pembahasan tersebut secara terbuka.
Novia berharap edukasi ini dapat berperan aktif dalam mencegah pernikahan dini, mengingat praktik tersebut masih sering terjadi di wilayahnya dan kerap berawal dari pemahaman yang keliru. “Dengan mengenal fungsi alat reproduksi, anak-anak akan berpikir lebih jauh terkait pernikahan dini,” tegasnya.
Komitmen Multisektoral untuk Keberlanjutan Program
Pertemuan ini menjadi ajang konsolidasi komitmen multisektoral dalam mendukung program PKRS, dengan kehadiran perwakilan dari berbagai lembaga kunci seperti BAPPEDA, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan Dinas PMD. Turut hadir pula Ketua MKKS, Koordinator Pendamping Satuan Pendidikan dari KEMENAG dan DISDIKBUD, Kepala Satuan Pendidikan dari empat sekolah intervensi, Guru SETARA (PKRS), Pendidik Sebaya, dan PATBM (Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat).
Diskusi ini memiliki tujuan ganda: mengevaluasi pencapaian dan tantangan implementasi PKRS, baik dari sisi pendidik sebaya maupun kebijakan sekolah dan peran pemangku kepentingan, serta mengidentifikasi kebijakan terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS), dan perkawinan anak, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Kemenag Lombok Timur Dukung Penuh, PKRS Bersiap Jadi Mulok
Dukungan kuat datang dari Kementerian Agama (Kemenag) Lombok Timur. Perwakilan Kemenag menyatakan bahwa Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (PKRS) adalah materi yang sangat dibutuhkan oleh siswa di sekolah. Oleh karena itu, Kemenag Lombok Timur berencana untuk memasukkan materi PKRS ke dalam muatan lokal (mulok). Langkah ini menegaskan komitmen Kemenag dalam memperluas jangkauan edukasi kesehatan reproduksi di lingkungan pendidikan agama.
Diharapkan, pertemuan ini akan membuahkan rencana program strategis yang berkelanjutan bagi Pendidik Sebaya dalam mendukung PKRS di sekolah. Selain itu, diharapkan juga terjadi peningkatan pemahaman tentang kebijakan terkait HKSR, KBGS, dan perkawinan anak. Komitmen bersama dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Timur dan kepala sekolah menjadi krusial untuk keberlanjutan upaya pencegahan perkawinan anak dan KBGS di lingkungan sekolah.
Acara diskusi ini turut dimeriahkan dengan pameran media pembelajaran karya siswa-siswa dari program “Power to Youth”, yang dengan apik menunjukkan kreativitas dan pemahaman mereka terhadap materi yang telah didapatkan.