Stigmatisasi pada para petapa-peta muda di era modern Jepang dikonstruksi terus menerus baik dari media hingga budaya populer bertahun-tahun. Generasi produktif Jepang yang memilih kabur dari masyarakatnya dengan tidak keluar dari kamar mereka. Fenomena kabur dari masyarakat ini didefinisikan sebagai hikikomori.
Hikikomori, istilah Jepang untuk orang-orang yang memutuskan untuk menyendiri dan menghindari interaksi sosial selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Istilah ini diciptakan oleh seorang psikiater Jepang bernama Tamaki Saitō pada tahun 1998, setelah dia melihat banyak remaja yang menolak untuk meninggalkan rumah atau pergi ke sekolah.
Saitō menggunakan istilah ini untuk menyebut orang-orang yang telah mengurung diri di rumah selama enam bulan atau lebih. Namun, ia masih bingung, apakah ini harus dilihat sebagai penyakit psikologis atau penyakit sosial.
Koran Hikikomori: Sistem Pendukung Hikikomori
Ketidakberdayaan anak-anak muda Jepang ini didefinisikan secara keliru, diframing dan dieksploitasi menjadi santapan lezat berbagai media dari tingkat lokal hingga internasional hingga bertahun-tahun.
Namun, konstruksi media arus utama pada Hikikomori mendapat perlawanan dari sebuah koran komunitas hikikomori yakni, Hikikomori Shimbun atau Koran Hikikomori. Cerita luar biasa ini saya temukan pada artikel “Japan’s Most Interesting Newspaper Is for Recluses, by Recluses” yang dipublikasikan Tahun 2019.
Pimpinan Redaksinya adalah Naohiro Kimura, seorang laki-laki usia 38 tahun dari Tokyo, yang telah melakukan hikikomori sampai satu dekade, ketika ia tidak dapat mengikuti ujian masuk sekolah hukum dan sebagai gantinya untuk mengunci mereka untuk belajar. Kemudian ia meluncurkan Koran Hikikomori pada November 2016.
Hikikomori adalah masalah serius di Jepang, sehingga banyak pusat rehabilitasi yang menawarkan bantuan. Namun, Kimura mengatakan bahwa banyak pusat ini tidak efektif dan malah mengeksploitasi hikikomori dan orang tua mereka. NHK, sebuah organisasi media Jepang, melaporkan pada tahun 2017 bahwa sebuah pusat rehabilitasi mengenakan biaya lebih dari $51.000 untuk masa tinggal tiga bulan. Laporan itu juga menyebutkan bahwa beberapa hikikomori melarikan diri dari pusat rehabilitasi setelah disiksa secara fisik dan dipaksa untuk tidak makan.
Kimura belajar Adobe InDesign sendiri setelah keluar dari hikikomori tahun lalu. Ia mencontoh publikasinya dari surat kabar Jepang, Futoko News, yang berfokus pada kelompok misfits-futoko, atau orang-orang yang menolak untuk bersekolah karena merasa cemas.
Tiap bulannya, menampilkan profil masing-masing hikikomori dan menyediakan berita dan sumber daya untuk para pertapa dan orang tua mereka, seperti daftar acara dan kelompok pendukung yang bertujuan menyatukan kembali kelompok orang buangan ini.
Misi utama Koran Hikikomori adalah untuk memberikan alternatif dan perspektif orang dalam [pelaku Hikikomori dan keluarga] terhadap pelaporan yang sensasional dan terkadang tidak akurat terhadap mereka. Ketika liputan media secara luas menyatakan bahwa hikikomori adalah fenomena unik pria, Koran Hikikomori meruntuhkan narasi itu dengan menyoroti masalah khusus tentang hikikomori wanita. Ketika pemerintah merilis survei yang mengatakan ada 540.000 hikikomori antara usia 15 dan 40, Koran Hikikomori Shimbun melakukan serangkaian pertapa usia pertengahan dan penuaan, sebuah demografi yang diabaikan dalam survei.
Misi utama Koran Hikikomori adalah untuk memberikan alternatif dan perspektif orang dalam [pelaku Hikikomori dan keluarga] terhadap pelaporan yang sensasional dan terkadang tidak akurat terhadap mereka.
Misi utama Koran Hikikomori adalah untuk memberikan alternatif dan perspektif orang dalam (insider) dan orang luar (outsider) terhadap pelaporan yang sensasional dan terkadang tidak akurat.
Menurut Kimura, tuduhan-tuduhan negatif terhadap hikikomori hanya akan membuat masyarakat semakin membenci mereka. Hal ini juga akan membuat hikikomori semakin sulit untuk kembali ke masyarakat. Dengan menerbitkan Koran Hikikomori, Kimura ingin meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hikikomori dan mendorong mereka untuk lebih berempati.
Ketika baru diluncurkan, Kimura keliling Jepang untuk mempromosikan koran tersebut. Dalam waktu enam bulan, ia berhasil menjual 6.000 copy. Tim asli yang terdiri dari 15 karyawan, kini memiliki lebih dari 100 sukarelawan yang menyediakan artikel dan dukungan editorial.
Hampir semua sukarelawan Koran Hikikomori adalah hikikomori sendiri atau dulunya hikikomori. Salah satu sukarelawan pertama adalah seorang pria yang telah hikikomori selama 30 tahun.
Koran ini diterbitkan secara digital (hikikomori-news.com) dan cetak. Versi cetak dijual seharga ¥ 500 ($ 4,50). Penjualan versi cetak dan tabungan Kimura sendiri cukup untuk menutupi biaya operasional. Kimura mengadakan pertemuan editorial di apartemennya sebulan sekali untuk merencanakan dan membahas masalah-masalah masa depan.
Kimura senang karena beberapa stafnya yang dulunya hikikomori bisa mulai keluar dari kesendirian dengan bekerja di koran. Beberapa bahkan bisa mendapatkan pekerjaan lain karena pengalaman mereka di koran. Salah satunya bahkan menjadi jurnalis!
Penelitian menunjukkan bahwa hikikomori juga terjadi di Korea Selatan, Spanyol, dan Amerika Serikat. Koran Hikikomori juga diterjemahkan ke dalam bahasa Italia, yang menunjukkan bahwa ada minat dan pembaca di luar Jepang.